Selasa, 20 November 2012

Sifat nabi terhadap anak yatim


وحكي:ان النبي صلي الله عليه وسلم خرج لصلاة العيد والصبيان يلعبون وفيه صبي جالس في ناحية يبكي وعليه ثياب خلقة, فقال له البي صلي الله عليه وسلم "ايها الصبي مالك تبكي ولا تلعب مع الصبيان؟ فقال له الصبي وهو لم يعرف انه النبي" خل عني ايهاالرجل, فان ابي مات في غزوة كذا مع النبي صلي الله عليه وسلم قتزوجت امي بزوج غيره فاءكل مالي واخرجني زوجها من بيته وليس لي طعام ولا شراب وثياب ولا بيت اوي اليه, فلما رايت الصبيان ذوي الاباء يلعبون وعليهم الشياب تجدد حزني ومصيبتي فلذالك بكيت, فاءخذ النبي صلي الله عليه وسلم بيده وقال له اماترضي ان اكون ابا وفاطمة اختا وعلي عما والحسن والحسين اخوة؟ فقال: كيف لا ارضي يارسول الله, فحمله الي منزله والبسه احسن الثياب وزينه واطعه وارضه فخرج ضاحكا مسرورا يعدو الي الصبيان, فلما راو قالوا له: انت الان كنت تبكي فما لك صرت مسرورا؟ فقال" كنت جائعا فشبعت وعاريا فاتسيت ويتيما فصار رسول الله ابي وعائشة امي وفاطمة اختي وعلي عمي فقال الصبيان:ليت اباءناكلهم ماتوا في تلك الغزوة واستمر الصبي عند رسول الله حتي قبض, فخرج يبكي ويحثو التراب علي رئسه ويقول الان صرت يتيما الان صرت غريبا فضمه ابوبكر رضي الله عنه الي نفسه.

17.40 by Kojinatul asror · 0

Pahala menyantuni anak yatim


(حكاية) كان رجل كثير المعاصى فوجد يتيما فكساه ثوبا فلما كان تلك الليلة راءى في منامه كان القيامة قد قامت وقد امر به الي النار فلما قرب منها واذا باليتيم يقول: خلوا عنه فانه كساني ثوبا. فيقولوا لم نؤمر بهذا. فخرج النداء من قبل الله تعالي:خلوا عنه كرامة لليتيم.

17.27 by Kojinatul asror · 0

Senin, 19 November 2012

PENGAJIAN MENYAMBUT BULAN MUHARAM


MENYAMBUT BULAN MUHARAM ( SURA) Tempat : SEMBERKEPUH By: Khozinatul Asror, S.Th.I يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (20) . فقوله تعالى: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ } أمر بتقواه، وهي تشمل فعل ما به أمر، وترك ما عنه زجر. وقوله: { وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ } أي: حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وانظروا ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم، { وَاتَّقُوا اللَّهَ } تأكيد ثان، { إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ } أي: اعلموا أنه عالم بجميع أعمالكم وأحوالكم (2) لا تخفى عليه منكم خافية، ولا يغيب عنه من أموركم جليل ولا حقير. وقال (3) { وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ } أي: لا تنسوا ذكر الله فينسيكم العمل لمصالح أنفسكم التي تنفعكم في معادكم، فإن الجزاء من جنس العمل؛ ولهذا قال: { أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ } أي: الخارجون عن طاعة الله، الهالكون يوم القيامة، الخاسرون يوم معادهم I. Beberapa Anggapan Tentang Bulan Sura: A. Mitos Jawa 1. Nyi Rara Kidul Fenomena gaib Kanjeng Ratu Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan sangat terkenal di jagat mistik Nusantara. Beragam versi cerita sudah banyak dikemukakan. Bahkan diangkat ke layar lebar. Sejumlah saksi yang pernah melihat sosoknya banyak dipaparkan. Tetapi siapakah sebenarnya perempuan yang ditahbiskan sebagai Penguasa Laut Selatan itu? Misteri mencoba menyusuri beberapa informasi yang terkait dengannya. 1. Legenda Ada 2 versi cerita/legenda mengenai keberadaan Kanjeng Ratu Roro Kidul yaitu: Pertama, cerita tentang Kanjeng Ratu Roro Kidul yang berasal dari manusia, kemudian masuk ke alam gaib (jin). Dikisahkan bahwa Kanjeng Ratu Roro Kidul adalah puteri seorang raja dari isteri pertama. Suatu ketika terjadi intrik dalam kerajaan yang dipicu oleh kecemburuan isteri-isteri raja yang lebih muda. Akibatnya, Kanjeng Ratu Roro Kidul dan ibunya diserang suatu penyakit aneh (teluh/santet) dan diusir dari kerajaan. Si ibu menemui ajal, sedangkan Roro Kidul mencari kesembuhan dengan berdiam di kawasan pantai selatan. Disini, ia berjumpa dengan jin penguasa laut yang menjanjikan kesembuhan penyakitnya tetapi dengan syarat Roro Kidul harus ikut ke dalam kerajaan lautnya. Roro Kidul menyanggupinya. Selanjutnya, Kanjeng Ratu Roro Kidul diangkat menjadi ratu setelah penguasa sebelumnya meninggal. Uniknya, asal usul daerah Roro Kidul itu juga beragam. Ada yang mengisahkan, Roro Kidul berasal dari tanah Jawa. Tetapi ada juga cerita Kanjeng Ratu Roro Kidul itu adalah kakak dari Saribu Raja yang merupakan keturunan Raja Batak. Nama asli Kanjeng Ratu Roro Kidul adalah Biding Laut. Kedua, cerita rekaan buatan manusia. Cerita ini berkaitan dengan kisah Sultan Agung, penguasa Kerajaan Mataram. Dikisahkan, ketika Sultan Agung berkuasa, dia berharap agar rakyatnya hidup tentram dan tidak berniat melakukan pemberontakan sebagaimana pernah dialami kerajaan-kerajaan pendahulunya seperti Singosari, Majapahit, Demak, dll. Didorong untuk mencegah terjadinya pemberontakan itulah Sultan Agung mengeluarkan maklumat seputar kebesaran Kerajaan Mataram. Sultan Agung mengklaim bahwa kekuasaannya bukan hanya meliputi tanah Jawa melainkan mencakup lautannya. Agar supaya klaimnya menjadi logis, maka Sultan Agung memaklumkan pula bahwa dia menjalin kerjasama dengan Kanjeng Ratu Roro Kidul, Penguasa Laut Selatan. Strategi ini cukup jitu mengingat budaya dan tradisi Jawa yang kental dengan aroma mistik. Bahkan beredar pula cerita bahwa pada bulan Suro (Muharram), masyarakat tanah Jawa dilarang mengadakan pesta atau hajatan, karena di bulan itu Kanjeng Ratu Roro Kidul sedang menyelenggarakan hajatan di kerajaan lautnya. Padahal alasan sesungguhnya karena di bulan Suro itu penguasa Mataram mengadakan pesta, seperti pernikahan kerabat kerajaan. 2. Penuturan beberapa orang saksi yang pernah bertemu Kanjeng Ratu Roro Kidul Pertama, Pengalaman seorang Ibu Rumah Tangga di Kec. Ciemas Sukabumi. Cerita ini tiada lain datang dari seorang ibu rumah tangga yang sekarang di kenal menjadi seorang dukun (Tabib) yang berdasarkan beberapa penuturan bahwa kekuatan yang menjadikan dirinya menjadi seorang dukun adalah berkat bantuan dari Kenjeng Ratu Roro Kidul. Kebanyakan orang telah mengakui kesaktiannya sehingga tak heran banyak kalangan pejabat yang telah meminta bantuannya untuk kelangsungan karirnya. sehingga tak pelak kekayaan dari seorang ibu separuh baya ini telah melimpah ruah hasil dari menajdi tabibnya ini. Karena setiap yang datang kesana selalu memberikan materi yang jumlahnya yak sedikit, bahkan pemberianya itu bisa langsung berwujud mobil mewah dan yang lainnya. Beliau ini adalah memiliki nama KUJUN, Penulis sering memanggilnya Bi Kujun tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan penulis namun berbeda Desa. Dahulu kala, sekitar tahun 70-an yang lalu saat itu dirinya merupakan gadis desa yang disaat usianya yang masih muda dirinya udah di nikahkan oleh kedua orang tuanya sama laki-laki tetangga kampugnya. Khidupan rumah tangganya tidak se indah yang mungkin di alami oleh pasangan suami-istri yang lainnya, namun rumah tangganya selalui di hiasi oleh percekcokan dan tak pelak dengan pertengkaran yang hebat serta mendapat perlakuan yang kasar dari suaminya ini. Suatu hari tepatnya sore hari saat itu siang sudah menuju malam yang di tandai oleh mulai berkomandangnya adzan magrib dari setiap penjuru masjid di berbagai kampung yang letaknya lumayan berjaihan antara kampung yang satu dengan yang lainnya, jalanan sepi dan mulai gelap karena waktu itu belum ada yang namnya listrik apalagi alat komunikasi dan informasi seperti televisi dan yang lainnya, tiap keluarga hanya mengandalkan lampu cempor untuk penerangan setiap rumah panggungnya apabila malam tiba. kala itu, Bi KuJun ini sudah mendapatkan perlakuan yang buruk dan diusir oleh suaminya. Sehingga dengan hati yang pedih, mata yang terus berlinang dan pikiran yang tak tentu tujuan memaksakan diri keluar meninggalkan rumah menggunakan pakaian seadanya melangkahkan kaki hendak menuju rumah orang tuanya yang lumayan jaraknya cukup jauh apalagi malam mulai gelap sementara kendaraan umum belum ada waktu itu. Dengan pikiran yang kalut, dirinya mencoba menyusuri jalan, melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah walaupun dirasanya cukup berat untuk di langkahkan. Lamaunan & pikiran yang semerawutnya membawanya sampai kealam bawah sadar, dan waktu itu tiba-tiba seperti melihat arak-arakan ratusan aneka mobil yang membawa berbagai macam kebutuhan; beberapa mobil truk membawa beras, kelapa, sayur-mayur, daun pisang dan janur serta banyak lagi yang lainnya. Percisnya rombongan itu seperti membawa barang-barang yang mau mengadakan pesta besar-besaran. Tiba-tiba diantara gerombolan antrian mobil itu terdapat sedan mewah yang didalamnya terduduk seorang putri nan cantik yang kemudian sengaja berhenti di depan Bi Kujun ini, kemudian putri ini mengajaknya untuk masuk kedalam mobilnya. Akhirnya Bi Kujun pun masuk dan ikut diantara rombongan itu. Sepanjang perjalanan putri itupun meminta penjelasan kepada dirinya kenapa dia ada terlunta di jalan dikala hari menjelang malam seperti itu dan Bi Kujunpun menjelaskan semuanya. Kemudian putri itu mengajaknya untuk ikut ke Keratonnya dan tinggal bersama dirinya. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya Bi Kujunpun mengikuti semua ajakan dari putri ini. Dalam pikiran setengah sadarnya, Bi Kujun ini melihat rombongan mobil setelah menempuh perjalan panjangnya tiba-tiba mulai masuk satu persatu ke dalam laut tepatnya di Pelabuhan Ratu dan seteleh mendapat penjelasan dari putri itu ternyata dirinya mengaku adalah Nyi Roro Kidul yang saat itu mau mengadakan pesta besar-besaran di dalam kerajaanya. Pantas saja karena waktu memang lagi musim kemarau dan daedaunan semua kena ulat dan hasil panen masyarakat kurang hasil. Sehingga masyarakat meyakini memang saat itu hasilnya sebagian di bawa oleh penguasa laut kidul itu. Selama 3 bulan dia dianggap hilang oleh keluarganya sampai dicara ke mana-mana dan ditanyakana k beberapa dukun yang bisa melacak keberadaannya. Hamper semua dukun mengatakan bahwa dia memang masih ada dan dalam waktu tertentu dia akan kembali dengan keistimewaanya. Kemudian tepat 3 bulan dari sejak dia menghilang, diapun di antar kembali oleh pihak keratin nyi Roro Kidul. Selama di keratin nyi roro kidul, ternyata dia di bekali berbagai ilmu baik kanuragan, ilmu sareat pnyembuh bagi orang sakit, ilmu peramal dan banyak lagi yang lainnya. Yang katanya kekuatannya itu di Bantu oleh kekuatan dari nyi Roro kidul itu sendiri. Sehingga Bi Kujunpun kini telah berubah menjadi seorang tabib sakti yang banyak diminta pertolongnya oleh orang-orang baik kelas ekonomi lemah bakan sampai pejabat sekalipun, dan kini seuaminyapun menjadi sangat dekat kembali dengan dirinya. Dia dipercayai bisa memenuhi segala apa yang saat itu di pinta pertolonganya baik kesembuhan sakit, minta naik jabatan dan yang lainnya. Sehingga tak heran jika imbalan di terima pun sangat wah…..!!! ada satu lagi yang menarik, pendapat dari beberap pasien yang pernah ke rumahnya…. Mereka mengatakan bahwa, di rumah sang tabib ini memiliki salah satu keanehan juga, dimana ketika kita minta sesuatu seprti minta apel maka tiba-tiba apel itu udah ada di hadapan kita. Percaya atau tidak, tergantung orang yang mau mempercayainya. Untuk sekedar bertanya atau apa, Anda bisa bisa menemuinya mumpung biliau-nya masih ada. Datang dan temui dia di Kampung Cikira-Cibinong Desa Mekarja Kecamatan Ciemas Kabuapten Sukabumi. Penulis tidak menyuruh anda percaya, tapi tergantung pada diri masing-masing. Jika kita umat islam, kita hanya percaya sama Allah SWT. Mungkin jika Bi Kujun ini memiliki keistimewaan, anggap saja itu suatu kelebihan dia yang telah allah rencanakan dan dia hanyalah sareat perantara. Kesembuhan dari sakit itu adalah atas ijin Allah, dan yang lainnyapun atas ijin Allah. Maka semuanya tergantung hanya pa Allah SWT, sebagai tuhan yang maha kuasa dan maha bijaksana. Kedua, Adanya Kamar Nyi Roro Kidul di Hotel Samudra (Pelabuhan Ratu) Banyak ceritra tentang keberadaan kamar yang di sediakan khusus untuk nyi Roro Kidul ini memang ada, yaitu tepatnya di salah satu hotel terbesar yang ada di Pelabuhan Ratu, tepatnya yaitu di Hotel Samudra. Hotel samudra memang hotel terbesar di Pelabuhan Ratu yang mungkin telah banyak di kenal oleh para turis baik lokal maupun internasional. Kamar khusus Nyi Roro Kidul ini memang di sediakan khusu oleh pemilik hotel. yang konon katanya Nyi Roro Kidul memang memintanya dan dia sering datang ke Hotel tersebut. Jika anda sebagai orang yang sering penasaran atau ragu, silahkan datangi Hotel Samudra (Samudra Beach Hotel) di Pelabuhan Ratu Sukabumi Jawa Barat. Ketiga, kesaksian Abdul (20 thn), warga Lomanis, Cilacap. Suatu ketika, ia sedang bersantai di pantai pasir putih Pulau Nusakambangan. Menurutnya, dalam jarak sekitar 50 meter dari garis pantai, ia melihat Sang Ratu menaiki kereta kencana yang di iringi ratusan pengawalnya. Ia melihat gaun Sang Ratu sangat panjang yang membentang dibelakangnya. Meski ia melihat mahkota di atas kepalanya Sang Ratu, tetapi wajahnya hanya terlihat dari samping. Penampakan yang ia saksikan sekitar jam 20.00 malam disusul dengan hilangnya kesadaran selama hampir satu minggu. Syukurlah, sejumlah Kyai berhasil menyembuhkannya. Keempat, kesaksian Ahmad Durriati (70 thn), warga kotagede, Yogyakarta. Pengalaman pertama saat ia bersama putranya sedang mengadakan tirakat di pantai Parang Tritis. Menjelang tengah malam, suatu penampakan luar biasa ia saksikan yakni bangunan tembok setinggi sekitar 5 meter yang membentang sepanjang pantai. Jaraknya kurang lebih 20 meter dari garis pantai. Di beberapa bagian bangunan tembok yang mirip benteng itu, ia dan putranya melihat sejumlah orang yang berada di atasnya, seperti sedang dalam posisi berjaga. Penjaga yang tegak berdiri dengan tombak ditangannya. Pengalaman kedua terjadi saat ia sakit keras sehingga berada dalam kondisi koma. Dalam ketidaksadarannya itu, ia seolah berada dalam kerajaan Roro Kidul. Disana, ia melihat orang-orang yang sedang sibuk bekerja mendirikan tembok-tembok bangunan layaknya sedang ada pembangunan. Uniknya, para pekerja memiliki ekspresi wajah memelas, seperti hendak meminta tolong. Mereka seperti bekerja dalam suasana keterpaksaan. Mereka bertelanjang dada dengan hanya mengenakan celana panjang lusuh. Selain itu, sejumlah pria berwajah bengis berdiri mengawasi para pekerja. Boleh jadi para pekerja itu adalah orang-orang yang ketika hidupnya kerap meminta pesugihan. Selanjutnya, Ahmad Durriati menceritakan saat bertatap muka dengan Roro Kidul. Menurutnya, Sang Ratu duduk di atas kursi singgasana yang lantainya berkedudukan lebih tinggi dari tempat ia duduk. Sejumlah dayang-dayang berdiri sambil membawa kipas. Kemudian Sang Ratu memberinya sebuah nasehat yang bermakna tauhid. ‘’Mintalah segala sesuatu kepada Tuhanmu. Jangan meminta sesuatu apapun kepada saya, karena saya tidak berhak memberikannya. Apabila ada manusia yang meminta sesuatu kepada saya. Sebenarnya tidak pernah sekalipun saya memberikannya. Kalau ada manusia yang memuja saya dan meminta sesuatu kepada saya, maka yang memberikan permintaannya adalah dari kalangan warga kerajaan yang memang hendak menyesatkan manusia.’’ Demikian kata Kanjeng Ratu Roro kidul. Sebuh nasehat tauhid yang boleh jadi meruntuhkan semua anggapan bahwa Kanjeng Ratu Roro Kidul sering mengabulkan permintaan manusia yang minta berkah dan pesugihan darinya. Menurut Ahmad Durriati, apa yang ia alami dalam kondisi koma itu seperti sebuah pemberitahuan bahwa pemujaan dan minta pesugihan hanya sebuah kesia-siaan yang hanya menjatuhkan diri dalam kemusyrikan. Kalapun ada manusia yang berhasil memperoleh harta atau kedudukan dari hasil pesugihan, itu tidak lebih dari pemberian syetan yang memang bertugas menyesatkan manusia. Dalam akhir perjumpaannya, Ahmad Durriati diberi pilihan antara kembali ke keluarganya atau tetap tinggal di kerajaan Laut Selatan. Ahmad memilih yang pertama. Kemudian Sang Ratu mengangkat tongkat dan memukul pundaknya. Seketika ia tersentak dan sadar dari kondisi koma yang ia alami selama beberapa hari. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan: pertama, sosok Kanjeng Ratu Roro Kidul tidak pernah ada. Ia hanya dongeng yang beredar secara turun temurun. Sebuah cerita yang tentunya dihasilkan begawan sastra yang sangat mumpuni dalam mengolah bahan cerita. Ketiga, Sosok Kanjeng Ratu Roro Kidul benar-benar ada. Ia bisa saja berasal dari jenis manusia yang menjadi siluman atau termasuk bangsa jin. Asal daerah pun bisa dari tanah Jawa atau dari luar Jawa. Berdasarkan pengalaman Ahmad Durriati, kemungkinan Kanjeng Ratu Roro Kidul tergolong jin Muslim yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. B. Orang Islam Dalam bulan Asyura’ Allah telah memuliakan kelompok orang Islam, antara lain: 1. Allah memilih Adam AS sebagai pilihanNya 2. Dianggkatnya nabi Idris AS 3. Mendaratnya perahu nabi Nuh AS dalam banjir besar setelah air menggenangi daratan selama 150 hari, setelah air hujan selama 40 hari dan 40 malam, sehingga sumber air berwarna kuning dan air hujan berwarna merah 4. Allah memberi gelar khalilullah pada nabi Ibrahim AS 5. Terampuninya nabi Daud AS. 6. Kembalinya kerajaan nabi Sulaiman AS 7. Dihilangkannya penyakit nabi Ayub AS 8. Dikelurkanya nabi Yunus dari perut ikan hiyu setelah ia berdiam didalamnya selama 40 hari 9. Berkumpulnya nabi Ya’kub dengan nabi Yusuf setelah berpisah selama 40 th, endapat lain mengatakan selama 80 th 10. Dilahirkan dan diangkatnya nabi Isa AS 11. Nikahnya Rasul ullah SAW dengan Khadijah, tepatnya tanggal 10 Muharam 12. Diciptakannya langit, bumi, qolam, Adam AS, Hawa, 13. Berlangsungnya hari kiamat 14. Dikabulkanya doa nabi Musa AS dan Harun AS 15. Diciptakannya ruh nabi Muhammad SAW II. Cara Menyambut Bulan Muharam A. Muhasabah 1. Cerita Haris al-Mahasibi Tangannya Mengejang Kehidupan Al-Muhasibi antara lain dapat dibaca dalam kitab Risalah Qusyairiyah karangan Imam Al-Qusyairi. Di dalamnya ditulis beberapa hikayat, misalnya tentang tangan Al-Muhasibi yang akan tertarik dan mengejang kalau ia hendak meraih makanan yang diragukan kehalalannya. Jari-jarinya tidak akan bergerak dan kaku. Bila ia mengalaminya, makanan itu bisa jadi diperoleh dengan cara yang tidak halal. Seorang tokoh sufi Junaid Al-Bagdadi, yang juga kemenakan Al-Muhasibi, berkisah tentang pamannya itu. “Pada suatu hari Al-Muhasibi mengunjungiku, tampaknya ia sedang lapar, maka aku pun berniat mengambilkan makanan ke Gudang, disana aku dapatkan sisa makanan dari pesta perkawinan, ku suguhkan makanan itu kepadanya. Tapi ketika ia hendak mengambilnya, tangannya mengejang tidak dapat digerakkan, ia sempat memasukkan sesuap ke mulutnya, tapi ia tidak bisa menelannya, ia memaksa menelan dan mengunyah, kemudian berdiri dan keluar, lalu meludahkan makanan di halaman, setelah itu ia pamit pulang.” Junaid melanjutkan, “Selang beberapa hari, aku bertanya, apa sebenarnya yang terjadi, ia menjawab, “Waktu itu aku memang lapar, dan ingin menyenangkan kamu, namun Allah memberi isyarat khusus kepadaku bahwa makanan yang kuragukan kehalalannya itu tidak bisa kutelan, jari-jarku tegang, tidak mau menyentuhnya, aku berusaha menelannya tapi percuma saja, beberapa hari kemudian aku berkata, sekarang maukah engkau datang ke rumah? Sampai di rumah kukeluarkan sekerat roti kering, dan kami pun makan bersama-sama. Ia berkata, “Makanan seperti inilah yang harus disuguhkan kepada guru sufi.” 2. Cerita tukang tenun kain Alkisah, ada seorang ulama shaleh yang bernama Syekh Atha’ as-Silmi yang juga dikenal sebagai seorang yang pandai menenun pakaian. Hasil tenunannya sangat apik dan sebelum membawanya ke pasar untuk dijual, ia selalu meneliti tenunannya itu agar tidak ada yang cacat dan layak untuk dijual. Suatu saat, ketika ia membawa hasil tenunannya itu ke pasar, seorang penjahit menghampiri dan melihat-lihat kain tenunan Syekh Atha’. Orang tersebut berkata, “Baju ini cukup bagus. Namun sayang, ada cacatnya, ini, ini, dan ini.” Mendengar perkataan tukang jahit itu, Syekh Atha’ meraih kain tenunannya kembali dari tangan si penjahit, kemudian dia duduk dan menangis terisak-isak. Si penjahit itu bingung melihat Syekh Atha’ menangis. Ia merasa bersalah dan menyesal atas apa yang diucapkannya itu. Seraya meminta maaf atas ucapan yang mungkin melukai hati Syekh Atha’, ia pun bersedia membeli tenunan itu berapa pun harganya. Namun tanpa terduga, Syekh Atha’ berkata, “aku menangis bukan seperti yang kamu kira. Memang, aku telah bersungguh-sungguh menenun kain ini. Tenunan ini tidak seperti tenunan lain yang telah aku buat. Aku membuatnya lebih halus, lalu kemudian aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu, aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak ada cacat di dalamnya. Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh manusia, terlihat ada cacat di bagian yang mana aku tidak menyadarinya. Lalu, bagaimana nanti dengan amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah, Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal ibadah kita, dan itu yang tidak kita sadari!” B. Meningkatkan Nilai Ibadah (حكاية) كان رجل كثير المعاصى فوجد يتيما فكساه ثوبا فلما كان تلك الليلة راءى في منامه كان القيامة قد قامت وقد امر به الي النار فلما قرب منها واذا باليتيم يقول: خلوا عنه فانه كساني ثوبا. فيقولوا لم نؤمر بهذا. فخرج النداء من قبل الله تعالي:خلوا عنه كرامة لليتيم. وحكي:ان النبي صلي الله عليه وسلم خرج لصلاة العيد والصبيان يلعبون وفيه صبي جالس في ناحية يبكي وعليه ثياب خلقة, فقال له البي صلي الله عليه وسلم "ايها الصبي مالك تبكي ولا تلعب مع الصبيان؟ فقال له الصبي وهو لم يعرف انه النبي" خل عني ايهاالرجل, فان ابي مات في غزوة كذا مع النبي صلي الله عليه وسلم قتزوجت امي بزوج غيره فاءكل مالي واخرجني زوجها من بيته وليس لي طعام ولا شراب وثياب ولا بيت اوي اليه, فلما رايت الصبيان ذوي الاباء يلعبون وعليهم الشياب تجدد حزني ومصيبتي فلذالك بكيت, فاءخذ النبي صلي الله عليه وسلم بيده وقال له اماترضي ان اكون ابا وفاطمة اختا وعلي عما والحسن والحسين اخوة؟ فقال: كيف لا ارضي يارسول الله, فحمله الي منزله والبسه احسن الثياب وزينه واطعه وارضه فخرج ضاحكا مسرورا يعدو الي الصبيان, فلما راو قالوا له: انت الان كنت تبكي فما لك صرت مسرورا؟ فقال" كنت جائعا فشبعت وعاريا فاتسيت ويتيما فصار رسول الله ابي وعائشة امي وفاطمة اختي وعلي عمي فقال الصبيان:ليت اباءناكلهم ماتوا في تلك الغزوة واستمر الصبي عند رسول الله حتي قبض, فخرج يبكي ويحثو التراب علي رئسه ويقول الان صرت يتيما الان صرت غريبا فضمه ابوبكر رضي الله عنه الي نفسه.

20.38 by Kojinatul asror · 0

Rabu, 14 November 2012

Berakhlakul Karimah By: Fitri Ulin Nuha


Santri Berakhlaqul Karimah Oleh: Fitri Ulin Nuha Klas : IX Mts. K السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي اشرف الانبياء والمرسلين سيدنا ومولا نا محمد وعلي اله وصحبه اجمعين. ولا حولا ولا قوة الا باللهز اما بعد. Ma’asyiral Hadlirin Rahimakumullah…. Zaman sekarang ini apabila kita lihat, banyak sakali manusia yang lupa pada kewajibannya, bahkan terjerumus pada pelanggaran-pelanggaran agama. Mereka melakukannya dengan rasa malu, bahkan dilakukannya dengan rasa bangga. Anehnya apabila ditanya, Apakah engkau juga mengharapkan surga yang telah dijanjikan Allah SWA”? Iapun akan menjawab, iza, tentu, pasti. Perlu dingat bersama-sama bahwa Rasul juga pernah mengingatkan: من لم يكن له حياء فلا دين له, ومن لم يكن له حياء في الدنيا لم يدخل الجنة “Barang siapa tiada malu baginya maka tiada agam baginya, dan barang siapa di dunia tiada malu baginya maka ia tidak dapat masuk surga”. Sebuah kerinduan akan surge, keinginan yangkuat untuk masuk surga akan tetapi selalu diimbangi dengan selalu berbuat dosa, berbuat kerusakan akan hanya meninggalkan lamunan belaka, karena amal yang baiklah yang akan mengantar kita menuju surge, karena akhlak yang mulia adalah akhlak dari pengguni ahli surga. Ma’asyiral Hadlirin…. Melihat keadaan yang telah banyak terjadi kemaksiatan, tidak ada rasa malu melakukan dimana saja dan kapan saja. Maka sebagai santri hendaknya merasa terpanggil untuk melakukan beberapa hal. Pertama: Menanamkan serta membudi dayakan pendidikan agama dan mengamalkannya, sehingga apabila agama telah tertancap insyaallah tidak mudah diombang ambingkan untuk terjerumus pada segala yang telah dilarang oleh agama. من يرد الله به خيرا يفقه في الدين Barang siapa dikehendaki Allah mendapatkan kebaikan maka Allah akan member pemahaman dalam bidang agama. Kedua: Ciptakan situasi yang kondosif, agamis pada segala lingkungan, baik lingkungan rumah, masyarakat ataupun masyarakat. Diantaranya adalah dengan memilih teman yang baik. Sabda Rasul: من اراد الله به خيرا رزقه الله خليلا صالحا ان نسي ذكره وان ذكره اعانه “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seseorang maka ia akan memilihkan seorang teman, yang apabila kita salah maka teman tersebut akan mengingatkannya dan apabila kita dalam kebaikan maka akan selalu membantu dan mendukungnya ” Ketiga: Cegah dan tangkal pengaruh buruk agar tidak menyeret kita didalamnya, terapkan ajaran yang telah ditanamkan oleh pesantren, indahkan nasehat orang tua, Kyiahi, Guru yang telah mebimbing kita, karena tiada mereka member nasihat kecuali mengharapkan kebaikan kita.

19.36 by Kojinatul asror · 0

Nasehat orang tua pada generasi muda


NASEHAT DAN ARAHAN UNTUK PARA PEMUDA MUSLIM TERKAIT DENGAN DIRI, AGAMA DAN UMATNYA | Apa peran pemuda muslim dalam membangun masyarakat dan umat islam? Perlu di catat bahwa Al-Quran yang Mulia menyebutkan pemuda di banyak tempat. Allah berfirman, ‘Mereka mengatakan, kami mendengar seorang pemuda, mereka menyebutkan dikatakan (namanya adalah) Ibrohim’ SQ. Al-Anbiya: 60. Begitu juga dalam sunnah yang shoheh. Apa nasehat anda untuk para pemuda di seluruh dunia, terhadap agama, masyarakat dan umatnya? Semoga Allah membalas kebaikan anda. Alhamdulillah Pertama, Syekh Abdul aziz bin Baz rahimahullah berkata: ‘Para pemuda pada setiap umat, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dikarenakan dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan suatu umat tidak runtuh –seringkali - kecuali ada di pundak para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora. Musuh-musuh Islam telah mengetahui hakekat ini, maka mereka secepat mungkin membuat rintangan di jalannya atau merubah cara pandang (hidupnya). Baik dengan memisahkan dari agama atau menjauhkan dari kedekatan mereka diantara ulama’. Dan pendapat yang benar di umatnya atau dengan memberikan label yang membuat mereka lari atau dengan memberi sifat yang tidak benar. Mengkaburkan image yang Allah terangi pandangan mereka dalam masyarakatnya atau membuat profokasi (buruk) dari sebagian pemerintahan.’ Fatawa Syekh Ibnu Baz, 2/365. Kedua, dari penjelasan tadi bahwa pemuda Islam mempunyai peran yang penting, kegiatan yang sangat strategis untuk membangkitkan dirinya dari apa yang diinginkan kepadanya agar menjadi penjaga agama terhadap apa yang hampir (mengenai kepadanya). Mungkin bisa kita ringkas peran itu, kegiatan itu adalah sebagai berikut: 1. Ilmu Agama. Allah berfirman, هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” SQ. Az-Zumar: 9. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَىْ كُلِّ مُسْلِمٍ ‘Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.’ HR. Ibnu Majah dan ia hadits hasan. Maka ilmu agama ada wajib bagi setiap muslim, tidak mungkin orang bodoh memahami agamanya. Tidak mungkin membela dalam perkumpulan-perkumpulan dan milis-milis. Sementara orang bodoh, umat, kota, desa begitu juga keluarganya tidak dapat mengambil faedah darinya. Oleh karena itu bagi para pemuda, hendaklah bersegera (untuk mendatangi) halqah ilmu di masjid-masjid, markaz Islam. Dan menyingsingkan lengan baju waktu kosongnya untuk menghafal Al-Qur’an dan membaca buku-buku. 2. Berdakwah kepada Allah dan mengajarkan orang-orang Allah berfirman, ( وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ) آل عمران/104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” SQ. Ali Imroh: 104. Berdakwah dan mengajarkan adalah zakatnya ilmu. Maka wajib bagi orang yang menuntut ilmu agama untuk menyampaikan kepada yang lainnya, dan memberikan saham agar dapat memberikan hidayah orang kafir masuk Islam serta memberikan hidayah orang yang berbuat kemaksiatan menuju istiqamah (dalam beragama). 3. Sabar atas gangguan orang Allah berfirman –lewat nasehat Luqman ketika menasehati anaknya, ( يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ ) لقمان/ 17 . “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). SQ. Luqman: 17. Merupakan suatu keniscayaan – seringkali – seorang dai ditimpa gangguan perkataaan atau perbuatan. Hal itu jangan sampai menjadi penghalang dalam melanjutkan dakwah kepada Allah. Agar diketahui bahwa para Nabi dan para utusan telah menimpah kepada mereka hal serupa sangat banyak sekali, sementara dia tetap berjalan dalam petunjuk dan jalannya, maka hendaklah bersabar dan mengharap (pahala). 4. Mentaati perintah dan menjauhi larangan Pemuda muslim adalah yang taat kepada Tuhannya Ta’ala. Tidak mendengar perintah agama, melainkan dia yang pertama kali melaskanakannya. Dan tidak juga larangan melainkan dia yang pertama kali menjauhinya. Layak bagi pemuda semacam ini mendapatkan pahala di hari kiamat di bawah naungan Arsy Tuhannya. Diwaktu matahari sangat dekat panasnya di atas kepada orang-orang. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ( سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إِلا ظِلُّهُ : الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ ... ) متفق عليه . “Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan dariNya, Imam yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ketaatan kepada Tuhannya..” HR. Muttafaq’alaihi. 5. Penyucian diri Diantara kebutuhan pemuda muslim, dan kita harus memberi nasehat kepadanya, hendaknya menjadikan dirinya mempunyai waktu untuk penyucian (jiwa). Sehingga dirinya lebih semangat untuk mendidik dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah yang mudah untuk dilaksanakannya seperti qiyamul lail, puasa di hari-hari utama, membaca wirid dan zikir harian. Ini adalah bekal pemuda agar tetap konsisten dalam jalan hidayah. Disertai komitmen sabar dari sesuatu yang diharamkan, menjaga pendengaran dari kemungkaran. Begitu juga anggota tubuh lainnya terjaga dari terjerumus apa yang menjadi marah Tuhannya dan tidak rela darinya. Diantara yang selayaknya dijaga oleh pemuda muslim pada masalah ini adalah menjaga diri, sebagai realisasi dari wasiat Nabawi dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ketika berujar kepada pemuda: ( يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ) متفق عليه “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu semua yang mampu (menikah), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu sebagai perisai.’ HR. Muttafaq’alaihi. Kata ‘Al-Baah’ adalah kemampuan biaya pernikahan diantaranya mahar dan nafkah. Dan kata ‘Al-Wija’ adalah perisai, karena puasa dapat melemahkan gejolak nafsu. 6. Berkumpul di sekitar para ulama yang terpercaya Allah berfirman, ( وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا ) النساء/ 83 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” SQ. An-Nisaa: 83. Pemuda muslim jangan mengikuti perasaan dan semangatnya. Akan tetapi berjalan sesuai dengan jalan hidayah atas arahan para ulama’ terpercaya, para pakar yang mempunyai ilmu luas, pengalaman yang bermanfaat. Sehingga mengikuti jalan sesuai dengan nasehatnya, bekerja atas musyawarah darinya. Diharapkan hal itu lebih banyak bermanfaat untuk umat dan agamanya. Hal itu lebih terjaga dari propaganda membelokkan risalah kebenaran yang ditujukan kepada para pemuda dan (dapat) menyebarkan cahaya (kebenaran) di muka bumi. 7. Hendaknya menjadi contoh bagi orang-orang. Ini adalah kondisi pencari ilmu, para dai kepada Allah. Maka pemuda muslim yang mengajarkan manusia dan mendakwahkan. Hendaklah jangan menyalahi perbuatan dari ucapannya. Bahkan dia selayaknya berakhlak mulia yang dia serukan. Melaksanakan ketaatan yang dia anjurkan kepada orang-orang. Dia sebagai contoh orang lain dalam (mengemban) amanah, istiqomah, kejujuran, menjaga diri dan akhlak wajib serta akhlak mulia lainnya. 8. Bangga dengan agamanya dan tidak mengikuti orang-orang kafir. Allah berfirman dalam poin ini dan sebelumnya, ( قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ ) إلى قوله تعالى : ( لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ) الممتحنة/ 4 – 6 “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.” SQ. Al-Mumtahanah: 4-6. Kebanyakan yang kami lihat kelompok yang mengikuti orang kafir dalam pakaian, penampilan dan gerakannya adalah kelompok para pemuda. Sangat disayangkan. Oleh karena itu, peran penting bagi pemuda Islam adalah hendaklah dia bangga dengan agamanya. Tidak malu menampakkan syiar-syiar (agama). Tidak pura-pura ketika menunaikan ibadak kepada Penciptanya. Hal itu dapat membuat benci di hati orang-orang kafir. Prilakunya jangan menyerupai penampilan, begitu juga dalam pakaiannya. Hal itu menjadi panutan bagi para pemuda lain yang hanya ikut-ikutan budaya jelek barat yang kafir. 9. Berjihad dan mendermakan jiwa di jalan Allah Umat Islam membutuhkan kekuatan pemuda Islam, oleh karena itu pemuda mengerahkan dirinya dengan mudah di jalanNYa untuk mengagungkan agamaNya. Ketika orang kafir menyerang negara Islam, maka secepat (mungkin) mempertahankan dan membela kehormatan umat Islam. Ketika keluarga dirampas, maka dia melindungi dan menjaganya. Dia dalam setiap kondisi sebagai tentara Islam. Dia terlihat dimana saja ketika dibutuhkan aktifitas dan kekuatannya. Sehingga dia dermakan dengan murah kepada Tuhannya Ta’ala. Teladanya akan hal itu adalah pemuda muslim dari kalangan para shahabat yang mulia. Seperti Ali bin Abi Tholib yang tidur di ranjang Nabi sallallahu’alaihi wa sallam di malam hijrahnya. Abdullah bin Abu Bakar radhiallahu’anhu dimana beliau mencari kabar Quraisy dan memberitahukan kepada Nabi sallallahu’alaih wa sallam dan Abu Bakar radhillahu’anhu. Seperti Usamah bin Zaid radhiallahu’anhuma ketika memimpin pasukan di dalamnya ada para shahabat senior radhiallahu’anhum. Kami memohon kepada Allah agar memperbaiki kondisi umat Islam, dan menunjukkan para pemudanya untuk beraktifitas mendapatkan keredoan Tuhannya dan menjadikan sebagai petunjuk yang menerangi (jalan kebenaran). Wallahu’alam .

19.33 by Kojinatul asror · 0

Birul wailaidin


BIRUL WALIDAIN الكتاب : الآداب المؤلف : أحمد بن الحسين بن علي بن موسى أبو بكر البيهقي وعن أبي هريرة، أنه أبصر رجلين، فقال لأحدهما: هذا منك؟ قال: أبي قال: (لا تسمه باسمه، ولا تمشي أمامه، ولا تجلس قبله). وعن طيلة، قال: قلت لابن عمر: عندي أمي، قال: (والله لو ألفت لها الكلام، وأطعمتها الطعام، لتدخلن الجنة ما اجتنبت الكبائر). وعن هشام بن عروة، عن أبيه، في قوله تعالى: (وَاَخفِض لَهُما جَناحَ الذُلِّ مِنَ الرَحمَةِ). قال: لا تمتنع من شيء أحباه. وعن الحسن أنه سئل عن بر الوالدين فقال: (أن تبذل لهما ما ملكت، وتطيعهما ما لم يكن معصية). وعن عمر رضي الله عنه، قال: (إبكاء الوالدين من العقوق). وعن سلام بن مسكين، قال: سألت الحسن، قلت: الرجل يأمر والديه بالمعروف وينهاهما عن المنكر؟ قال: (إن قبلا، وإن كرها فدعهما). وعن العوام، قال: قلت لمجاهد: ينادي المنادي بالصلاة، ويناديني رسول أبي. قال: (أحب أباك) وعن ابن المنكدر، قال: (إذا دعاك أبوك وأنت تصلي فأجب). وعن عبد الصمد، قال: سمعت وهب يقول: (في الإنجيل: رأس البر للوالدين أن توفر عليهما أموالهما. وأن تطعمهما من مالك). وعن عبد الله بن عون، قال: (انظر إلى الوالدين عبادة). تقديم الأم في البر عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قال رجل: يا رسول الله، أي الناس أحق مني بحسن الصحبة؟ قال: (أمك). قال: ثم من؟ قال: (أمك). قال: ثم من؟ قال: (أمك). قال: ثم من؟ قال: (أبوك). وعن المقدام بن معد يكربن عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إن الله يوصيكم بأمهاتكم، إن الله يوصيكم بأمهاتكم، إن الله يوصيكم بأمهاتكم، إن الله يوصيكم بالأقرب فالأقرب). وعن خداش بن سلامة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أوصي الرجل بأمه، أوصي الرجل بأمه، أوصي الرجل بأمه، أوصي الرجل بأبيه، وأوصيه بمولاه الذي يليه). وعن الأوزاعي، عن مكحول، قال: (إذا دعتك والدتك وأنت في الصلاة فأجبها، وإن دعاك أبوك فلا تجبه حتى تفرغ). وعن أنس، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (الجنة تحت أقدام الأمهات). وعن أبي عبد الرحمن السلمي، قال: جاء رجل أبا الدرداء، فقال: أن امرأتي بنت عمر وأنا أحبها، وأن أمي تأمرني بطلاقها. فقال: (لا آمرك أن تطلقها ولا آمرك أن تعصي أمك، ولكن أحدثك حديثاً سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (إن الوالدة أوسط أبواب الجنة). فإن شئت فأمسك وإن شئت فدع. وعن جاهمة السلمي أنه أتى النبي صلى الله عليه وسلم يستأذن في الجهاد، فقال: (ألك والدة؟ قال: نعم، قال: فالزمها فإن عند رجليها الجنة). وعن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (من قبل عيني أمه كان له ستراً من النار). وعن أنس، قال: أتى رجل رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: أني أشتهي الجهاد ولا أقدر عليه. فقال: (هل بقي من والديك أحد؟). قال: أمي. قال: (إن الله عز وجل عذراً في برها، فإنك إذا فعلت ذلك فأنت حاج ومعتمر ومجاهد إذا رضيت عنك أمك، فاتق الله وبرها). وعن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (ما من رجل ينظر إلى أمه نظر رحمة لها إلا كانت له حجة مقبولة مبرورة، قيل: يا رسول الله وإن نظر إليها في اليوم مائة مرة؟ قال: وإن نظر إليها في اليوم مائة ألف مرة، فإن الله عز وجل أكثر وأطيب). وعنه أنه أتاه رجل، فقال: أني خطبت امرأة فأبت أن تنكحني، وخطبها غيري فأحبت أن تنكحه، فغرت عليها فقتلتها، فهل لي من توبة؟ قال: (أمك حية؟ قال: لا. قال: تب إلى الله وتقرب إليه ما استطعت. فقال رجل لابن عباس: لم سألته عن حياة أمه؟ قال: (إني لا أعلم عملاً أقرب إلى الله عز وجل من بر الوالدة). وعن أبي نوفل، قال: جاء رجل إلى عمر رضي الله عنه، فقال: أني قتلت نفساً، فقال: (ويحك، خطأ أم عمد؟) قال: خطأ. قال: هل من والديك أحد؟). قال: نعم، قال: (أمك). قال: أنه أبي. قال: (انطلق فبره وأحسن إليه). فلما انطلق، قال عمر: أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ الصَّفَّارُ ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الزَّيْبِيُّ ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ بْنُ سَوَّارٍ الْفَزَارِيُّ ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ حَنْظَلَةَ بْنِ الرَّاهِبِ بْنِ الْغَسِيلِ ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ عَلِيٍّ ، عَنْ أَبِيهِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ ، عَنْ أَبِي أَسِيدٍ السَّاعِدِيِّ ، قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَاعِدَةَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ أَبَوَيَّ قَدْ هَلَكَا ، فَهَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّهِمَا شَيْءٌ أَصِلُهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا ؟ قَالَ : نَعَمْ ، بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ : الصَّلاةُ عَلَيْهِمَا ، وَالاسْتِغْفَارُ لَهُمَا ، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا ، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ، وَصِلَةُ رَحِمِهِمَا الَّتِي لا رَحِمَ لَكَ إِلاَّ مِنْ قِبَلِهِمَا قَالَ : مَا أَكْثَرَ هَذَا وَأَطْيَبَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : فَاعْمَلْ بِهِ ، فَإِنَّهُ يَصِلُ إِلَيْهِمَا باب في صلة الرحم والرحم : القرابة قال الله عز وجل فيمن وصل الرحم : {وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الحِسَابِ} وقال فيمن قطع الرحم : {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ} أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بِشْرَانَ الْعَدْلُ ، بِبَغْدَادَ ، أَنْبَأَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو الْبُحْتُرِيُّ الرَّزَّازُ ، حَدَّثَنَا ابْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يُوسُفَ الأَزْرَقُ ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ مَوْهَبٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا عَرَضَ لِنَبِيِّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي مَسِيرٍ لَهُ ، فَأَخَذَ بِحَكَامِ النَّاقَةِ أَوْ زِمَامِهَا ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَوْ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي بِمَا يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ ، قَالَ : تَعْبُدُ اللَّهَ وَلا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُوسُفَ الأَصْبَهَانِيُّ ، أَنْبَأَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأَعْرَابِيُّ ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الزَّعْفَرَانِيُّ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنِ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبَّاسٍ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ الْعَبْدِيُّ ، ثنا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ ، عَنِ الأَعْمَشِ ، وَالْحَسَنِ بْنِ عَمْرٍو ، وفطر بن خليفة ، عَنْ مُجَاهِدٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو ، قَالَ سُفْيَانُ : لَمْ يَرْفَعْهُ الأَعْمَشُ ، وَرَفَعَهُ الْحَسَنُ ، وَفِطْرٌ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، أَنْبَأَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّنْعَانِيُّ ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ ، أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ بِنْتِ عُقْبَةَ ، قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الْكَاشِحِ حَدَّثَنَا أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ الْعَلَوِيُّ ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ الرَّمْجَارِيُّ ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هَاشِمٍ ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، حَدَّثَنَا عُيَيْنَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْغَطَفَانِيُّ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُهُ لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مَحْمَشٍ الْفَقِيهُ ، أَنْبَأَنَا أَبُو حَامِدِ بْنُ بِلالٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بِشْرِ بْنِ الْحَكَمِ بْنِ حَبِيبِ بْنِ مِهْرَانَ الْعَبْدِيُّ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ ، عَنْ أَبِي قَابُوسَ مَوْلًى لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ قَالَ أَبُو حَامِدٍ : قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ : وَهَذَا أَوَّلُ حَدِيثٍ سَمِعْتُهُ مِنْ سُفْيَانَ ، وَقَالَ أَبُو حَامِدٍ : وَهَذَا أَوَّلُ حَدِيثٍ سَمِعْتُهُ مِنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ فُورَكٍ ، رَحِمَهُ اللَّهُ ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ ، عَنْ قَتَادَةَ ، عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلاثَةٌ : ذُو سُلْطَانٍ مُقْتَصِدٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ بِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ ، وَفَقِيرٌ عَفِيفٌ مُتَصَدِّقٌ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، أَخْبَرَنِي أَبُو مَنْصُورٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ الْعَتَكِيُّ ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ ، حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا ، قَالَ : سَمِعْتُ عَامِرًا ، يَقُولُ : سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ ، يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَوَاصُلِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوٌ مِنْهُ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ أَخْبَرَنَا أَبُو الْقَاسِمِ طَلْحَةُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الصَّقْرِ الْبَغْدَادِيُّ ، أَنْبَأَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ يَحْيَى الآدَمِيُّ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَاهَانَ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : كَتَبَ إِلَيَّ مَنْصُورٌ مَنْصُورٌ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عُثْمَانَ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ ، يُحَدِّثُ ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ ، قَالَ : سَمِعْتُ الصَّادِقَ الْمَصْدُوقَ صَاحِبَ هَذِهِ الْحُجْرَةِ ، أَبَا الْقَاسِمِ صلى الله عليه وسلم ، يَقُولُ : لا تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلاَّ مِنْ شَقِيٍّ الكتاب : بر الوالدين المؤلف : ابن الجوزي وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: (من أراد أن يبر أباه في قبره، فليصل إخوان أبيه من بعده). زيارة قبرهما عن أبي هريرة؛ قال: زار النبي صلى الله عليه وسلم قبر أمه، فبكى وأبكى من حوله وقال صلى الله عليه وسلم: (استأذنت ربي عز وجل أن أزور قبرهما فأذن لي، واستأذنته أن أستغفر لها فلم يأذن لي).وعن عائشة رضي الله عنها، عن أبيها، أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم، يقول: (من زار قبر والديه أو أحدهما يوم جمعة، فقرأ يس غفر له).وعن عبد الله بن عمر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من زار قبر أمه، أو قبر واحد من قرابته، كتبت له حجة مبرورة، ومن كان زوار لهما حتى يموت زارت الملائكة قبره).وعن عثمان بن سودة، وكانت أمه من العابدات يقال لها: راهبة، قال: فلما احتضرت رفعت رأسها إلى السماء، فقالت: يا ذخري وذخيرتي عند الموت، لا توحشني في قبري.(إذا مات ابن آدم انقطع عمله من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له).وعن أنس بن مالك رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (سبع يجري أجرها للعبد بعد موته وهو في قبره: من علم علماً، أو أجرى نهراً، أو حفر بئراً، أو غرس نخلاً، أو بنى مسجداً أو ورث مصحفاً، أو ترك ولداً يستغفر له).عن السدي بن عبيد، عن أبيه، قال: قال رجل: يا رسول الله، هل بقي من بر أبوي شيء أبرهما به بعد موتهما، قال: (نعم، أربع خصال: الدعاء لهما، والاستغفار لهما، وانقاذ عهدهما، وإكرام صديقهما، وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من قبلهما).وعن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (أن الله عز وجل ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة، فيقول: يا رب، أني لي هذه؟ فيقول: باستغفار ولدك لك).وعن معاذ بن جبل، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من قرأ القرآن وعمل به ألبس الله والداه تاجاً يوم القيامة، ضوءه أحسن من ضوء الشمس في بيوت الدنيا. فما ظنكم بمن عمل بهذا؟). وعن أبي كاهل، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (أنه من بر والديه حيين وميتين كان على الله عز وجل أن يرضيه يوم القيامة). قلنا: كيف يبر والديه ميتين؟ قال: (يستغفر لهما، ولا يسب والدي أحد فيسب والديه). وعن ابن عباس، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (هدية الأحياء إلى الأموات الاستغفار لهم، وأن الله ليدخل على أهل القبور من أهل الدور مثل الجبال).وعن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده، عن النبي صلى الله عليه وسلم، أنه قال: (ما على أحدكم إذا أراد أن يتصدق أن يجعلها لوالديه إن كانا مسلمين، فيكون لوالديه أجرهما من غير أن ينتقص من أجره شيء). وعن ابن عباس، أن سعد بن عبادة رضي الله عنهما، توفيت أمه وهوغائب عنها. فقال: يا رسول الله، أن أمي توفيت وأنا غائب عنها، فهل ينفعها إن تصدقت بشيء عنها؟ قال: (نعم). قال: فإني أشهدك أن حائطي صدقة عنها. وعن أبي هريرة، أن رجلاً قال للنبي صلى الله عليه وسلم: يا رسول الله، أن أمي ما ماتت، فهل لها أجر إن تصدقت عنها؟ قال: (نعم).وعن ابن عباس، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من حج عن أبويه، أو قضى عنهما مغرماً، بعث يوم القيامة مع الأبرار). ؟صلة أقاربهما وأصدقائهما وعن ابن عمر، أنه مر به أعرابي في سفره، وكان الأعرابي صديقاً لعمر، فقال الأعرابي: ألست فلان بن فلان؟ قال: بلى. فأمر له ابن عمر بحمار يستعقب به، ونزع عمامته عن رأسه فأعطاه إياها، فقال بعض من حضر: أما يكفيه درهما؟ فقال ابن عمر: قال النبي صلى الله عليه وسلم، قال: (احفظ ود أبيك، لا تقطعه فيطفئ الله نورك). وعن نافع، قال: قدم أبو بردة المدينة، فأتاه ابن عمر رضي الله عنه، فسلم عليه، فدخل عليه فسأله؟ فلما أراد أن يقوم، قال: أني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم، يقول: (إن من أبر البر من بر أباه بعد موته بصلة ود أبيه) وأن أبي كان لأبيك واداً، فأردت أن أبرك بصلتي إياك.وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: (من أراد أن يبر أباه في قبره، فليصل إخوان أبيه من بعده). زيارة قبرهما.عن أبي هريرة؛ قال: زار النبي صلى الله عليه وسلم قبر أمه، فبكى وأبكى من حوله وقال صلى الله عليه وسلم: (استأذنت ربي عز وجل أن أزور قبرهما فأذن لي، واستأذنته أن أستغفر لها فلم يأذن لي). وعن عائشة رضي الله عنها، عن أبيها، أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم، يقول: (من زار قبر والديه أو أحدهما يوم جمعة، فقرأ يس غفر له).وعن عبد الله بن عمر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من زار قبر أمه، أو قبر واحد من قرابته، كتبت له حجة مبرورة، ومن كان زوار لهما حتى يموت زارت الملائكة قبره). وعن عثمان بن سودة، وكانت أمه من العابدات يقال لها: راهبة، قال: فلما احتضرت رفعت رأسها إلى السماء، فقالت: يا ذخري وذخيرتي عند الموت، لا توحشني في قبري.(إذا مات ابن آدم انقطع عمله من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له).وعن أنس بن مالك رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (سبع يجري أجرها للعبد بعد موته وهو في قبره: من علم علماً، أو أجرى نهراً، أو حفر بئراً، أو غرس نخلاً، أو بنى مسجداً أو ورث مصحفاً، أو ترك ولداً يستغفر له).عن السدي بن عبيد، عن أبيه، قال: قال رجل: يا رسول الله، هل بقي من بر أبوي شيء أبرهما به بعد موتهما، قال: (نعم، أربع خصال: الدعاء لهما، والاستغفار لهما، وانقاذ عهدهما، وإكرام صديقهما، وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من قبلهما). وعن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (أن الله عز وجل ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة، فيقول: يا رب، أني لي هذه؟ فيقول: باستغفار ولدك لك).وعن معاذ بن جبل، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من قرأ القرآن وعمل به ألبس الله والداه تاجاً يوم القيامة، ضوءه أحسن من ضوء الشمس في بيوت الدنيا. فما ظنكم بمن عمل بهذا؟). وعن أبي كاهل، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (أنه من بر والديه حيين وميتين كان على الله عز وجل أن يرضيه يوم القيامة). قلنا: كيف يبر والديه ميتين؟ قال: (يستغفر لهما، ولا يسب والدي أحد فيسب والديه). وعن ابن عباس، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (هدية الأحياء إلى الأموات الاستغفار لهم، وأن الله ليدخل على أهل القبور من أهل الدور مثل الجبال).وعن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده، عن النبي صلى الله عليه وسلم، أنه قال: (ما على أحدكم إذا أراد أن يتصدق أن يجعلها لوالديه إن كانا مسلمين، فيكون لوالديه أجرهما من غير أن ينتقص من أجره شيء). وعن ابن عباس، أن سعد بن عبادة رضي الله عنهما، توفيت أمه وهوغائب عنها. فقال: يا رسول الله، أن أمي توفيت وأنا غائب عنها، فهل ينفعها إن تصدقت بشيء عنها؟ قال: (نعم). قال: فإني أشهدك أن حائطي صدقة عنها. وعن أبي هريرة، أن رجلاً قال للنبي صلى الله عليه وسلم: يا رسول الله، أن أمي ما ماتت، فهل لها أجر إن تصدقت عنها؟ قال: (نعم).وعن ابن عباس، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من حج عن أبويه، أو قضى عنهما مغرماً، بعث يوم القيامة مع الأبرار). صلة أقاربهما وأصدقائهما وعن ابن عمر، أنه مر به أعرابي في سفره، وكان الأعرابي صديقاً لعمر، فقال الأعرابي: ألست فلان بن فلان؟ قال: بلى. فأمر له ابن عمر بحمار يستعقب به، ونزع عمامته عن رأسه فأعطاه إياها، فقال بعض من حضر: أما يكفيه درهما؟ فقال ابن عمر: قال النبي صلى الله عليه وسلم، قال: (احفظ ود أبيك، لا تقطعه فيطفئ الله نورك).وعن نافع، قال: قدم أبو بردة المدينة، فأتاه ابن عمر رضي الله عنه، فسلم عليه، فدخل عليه فسأله؟ فلما أراد أن يقوم، قال: أني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم، يقول: (إن من أبر البر من بر أباه بعد موته بصلة ود أبيه) وأن أبي كان لأبيك واداً، فأردت أن أبرك بصلتي إياك.وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: (من أراد أن يبر أباه في قبره، فليصل إخوان أبيه من بعده). زيارة قبرهما عن أبي هريرة؛ قال: زار النبي صلى الله عليه وسلم قبر أمه، فبكى وأبكى من حوله وقال صلى الله عليه وسلم: (استأذنت ربي عز وجل أن أزور قبرهما فأذن لي، واستأذنته أن أستغفر لها فلم يأذن لي). وعن عائشة رضي الله عنها، عن أبيها، أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم، يقول: (من زار قبر والديه أو أحدهما يوم جمعة، فقرأ يس غفر له).وعن عبد الله بن عمر، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من زار قبر أمه، أو قبر واحد من قرابته، كتبت له حجة مبرورة، ومن كان زوار لهما حتى يموت زارت الملائكة قبره).وعن عثمان بن سودة، وكانت أمه من العابدات يقال لها: راهبة، قال: فلما احتضرت رفعت رأسها إلى السماء، فقالت: يا ذخري وذخيرتي عند الموت، لا توحشني في قبري. قال: فماتت، كنت آتيها عند القبر كل جمعة أدعو لها، وأستغفر لها ولأهل القبور. فرأيتها ذات ليلة في منامي، فقلت: يا أماه، كيف أنت؟ قالت: يا بني أن للموت لكربة شديدة، وأنا بحمد في برزخ محمود، نفترش فيه الريحان، ونتوسد السندس والاستبرق إلى يوم النشور.قلت: ألك حاجة؟ قالت: نعم، لا تدع ما أنت عليه من زيارتنا والدعاء لنا، فإني لأبشر بمجيئك يوم الجمعة إذا أقبلت، يقال: يا راهبة هذا ابنك قد أقبل من أهله زائراً لك، فأسر بذلك، ويسر به من حولي من الأموات وعن الفضل بن موقف، قال: (كنت آتي قبر أبي كثيراً، فشهدت جنازة، فلما قبر صاحبها تعجلت لحاجة ولم آت قبر أبي، فرأيته في المنام، فقال: يا بني، لِمَ لم تأتني؟ فقلت: يا أبت وأنك لتعلم بي؟ قال: (أي والله، وأنك لتأتيني فما أنظر إليك حين تطلع من القنطرة حتى تقعد إلي، وتقوم من عندي، فما أزال أنظر إليك مولياً حتى تجوز القنطرة). ثواب صلة الرحم وعقوبة قطعه عن أنس رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من أحب أن يمد له في عمره، ويزاد في رزقه، فليتق الله وليصل رحمه).وعن أبي علي رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من سره أن يمد الله في عمره، ويوسع في رزقه، ويدفع عنه ميتة السوء فليتق الله وليصل رحمه). وعن علي رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (من سره أن يمد الله في عمره، ويوسع في رزقه، ويدفع عنه ميتة السوء فليتق الله وليصل رحمه).وعن عائشة رضي الله عنها، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (صلة الرحم، وحسن الجوار، يعمران الديار، ويزيدان الأعمار).وعن أبي أمامة رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (صنائع المعروف تقي مصارع السوء، وصدقة السر تطفئ غضب الرب، وصلة الرحم تزيد في العمر).وعن أبي سعيد الخدري، أنه صلى الله عليه وسلم، قال: (لا يدخل الجنة صاحب خمس: مدمن الخمر، ولا مؤمن بسحر، ولا قاطع الرحم، ولا كاهن، ولا منان).وعن أبي هريرة رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (إن أعمال بن آدم تعرض على الله كل خميس ليلة جمعة، فلا يقبل عمل قاطع رحم).وعن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (إن الله عز وجل لما خلق الخلق قامت الرحم وقالت: هذا مقام العائذ بك من القطيعة فقال: أما ترضي أن أصل من وصلك وأقطع من قطعك إقرأوا إن شئتم) (فَهَل عَسَيتُم إِن تَوَلَّيتُم أَن تُفسِدوا في الأَرضِ وَتُقَطِّعوا أَرحامَكُم أَولَئِكَ الَّذينَ لَعَنَهُم اللَهُ فَأَصَمَّهُم وَأَعمى أَبصارَهُم). وعن عائشة رضي الله عنها، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (الرحم معلقة بالعرش، تقول: من وصلني وصله الله، ومن قطعني قطعه الله).وعن أبي بكرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (ما من ذنب أجدر أن يعجل الله تعالى لصاحبه العقوبة في الدنيا، مع ما يدخر له من الآخرة من القطيعة للرحم والبغي).وقال أبو أوفى: (إن الرحمة لا تنزل على قوم فيهم قاطع رحم). عن أبي هريرة رضي الله عنه، قال: قلت: يا رسول الله، إذا رأيتك طابت نفسي وقرت عيني، أنبئني عن كل شيء قال: (كل شيء خلق من الماء).فقلت: أخبرني إذا عملته دخلت الجنة، قال: (أطعم الطعام، وافشي السلام، وصل الأرحام، وصل بالليل والناس نيام، تدخل الجنة بسلام).وعن أنس رضي الله عنه، أن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: (يبيت قوم من هذه الأمة على طعام وشراب، ولهو ولعب، فيصبحوا قد مسخوا قردة وخنازير، وليصيبهم خسف وقذف حتى يصبح الناس فيقولون: خسف الليلة ببني فلانن وخسف الليلة بدار فلان، ولترسلن عليهم حجارة من السماء كما أرسلت على قوم لوط على قبائل فيها وعلى دور لشربهم الخمر، واتخاذهم القينات، وأكلهم الربا، وقطيعة الرحم).وعن أبي بكرة، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (أن أعجل البر ثواباً صلة الرحم، حتى أن أهل البيت ليكونون مجرة فتنمو أموالهم ويكثر عددهم إذا تواصلوا). وعن سليمان بن عامر، أنه قال: يا رسول الله، أن أبي كان يصل الرحم، ويفي بالذمة (يعني العهد)، ويكرم الضيف، قال: (مات قبل الإسلام؟) قال: نعم.. قال: (لن ينفعه ذلك، ولكنها تكون في عقبه يعني: أولاده فلن تخزوا أبداً، ولن تذلوا أبداً، ولن تفتقروا أبداً). الكتاب : جامع البيان في تأويل القرآن المؤلف : محمد بن جرير بن يزيد بن كثير بن غالب الآملي، أبو جعفر الطبري، حدثني علي بن داود قال، حدثنا عبدالله بن صالح قال، حدثني معاوية بن صالح، عن علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس في قول الله:"واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام"، يقول: اتقوا الله الذي تساءلون به، واتقوا الله في الأرحام فصِلُوها. حدثنا أبو كريب قال، حدثنا هشيم، عن منصور، عن الحسن في قوله:"واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام"، قال: اتقوا الذي تساءلون به، واتقوه في الأرحام. حدثنا سفيان قال، حدثنا أبي، عن سفيان، عن خصيف، عن عكرمة في قول الله:"الذي تساءلون به والأرحام"، قال: اتقوا الأرحام أن تقطعوها.

19.01 by Kojinatul asror · 0

Sejarah khitan


Khitan By: Asrori Sejarah khitan atau sirkumsisi Khitan disebutkan dalam Al- Qur’an surat al-nahl ayat 123, ali imran 195. Al-Nahl ayat: 123 ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِين Ali-Imran ayat 195: Sejarah khitan, injil barnabas mengatakan bahwa nabi Adam adalah orang pertama yang melaksanakan khitan, ia melaksanakan setelah bertaubat dari dosa memakan buah yang terlarang, kemudian orang-orang setelahnya hanya melaksanakan tradisi. Kemudian Allah memerintahkan nabi Ibrahim menghidupakan lagi khitan. Kaum babilonia (3500 sm) menyebutkan prakrek khitan telah dilaksanakan secara terperinci, ditemukan prasasti yang menggambarkan praktek khitan di kalangan raja raja firaun. Mereka menggunakan balsam menghilangkan rasa sakit sebelum kulub dipotong, mereka melaksakannya untuk menjaga kesehatan. Dalam kitab Talmud Orang orang yahudi juga memiliki perhatian dalam khitan orang-orang yang tidak melaksanakan kitan dianggap orang paganis atau musrik yang jahat. Dalam kitab Ulangan disebutkan “ Bersunatlah untuk tuhan…….. Dan buanglah kotoran dihatimu, wahai orang orang Yahuza dan penduduk orslaim”. Agama kresten pada dasarnya juga memerintahkan khitan, sebagaimana disebutkan dalam injil barnabas, yesus juga memerintahkan dan melaksanakan,namun orang orang tidak mau melaksanakannya. Orang nasrani mengacam menghukum mati bagi orang orang yang tidak khitan, dilenyapkan dari muka bumi dari orang orang sebangsanya. Bangsa Arab juga melaksanakannya karena mengikuti leluhurnya yakni nabi Ibrahim. Hukum khitan menurut jumhur adalah wajib kecuali Abu Hanifah yang menghukumi sunat muakad.Khitan wajib bagi laki laki maupun perempuan ( safii dan ahmad) Manfaat Khitan: 1.mudah membersihkan dari sisa sisa urine sehingga terjaga kesucian 2.tanda pengikut nabi Muhammad dari Ibrahim. 3.memberikan nilai keindahan 4.mampu mengontrol sahwat 5.meminimalkan penyebarab virus HIV 6.melndungi perempuan dari kangker rahim

18.59 by Kojinatul asror · 0

Barang siapa meninggalkan haram akan mendapatkan yang halal


Pemuda Ahli Sunnah Saksikanlah ya Allah, telah aku sampaikan... :: Mutiara Kata: "Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu dari dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan." (QS Al-Qasas: 77) KURNIAAN HALAL KERANA MENINGGALKAN YANG HARAM Suatu malam yang hening, kelihatan seorang lelaki berjalan-jalan di sekitar Madinah dalam keadaan lapar. Dia berhenti di luar sebuah rumah kerana terhidu bau makanan. Imannya belum cukup kuat untuk membuat pertimbangan yang waras dalam menyuluh tindak-tanduknya. Kerana terliur dengan makanan itu, dia menyusup masuk ke dalam rumah tanpa izin tuan rumah tersebut. Melihat makanan yang menyelerakan di satu sudut rumah, dia segera mencapainya. Tetapi tiba-tiba dia teringatkan sesuatu. Kata-kata yang didengarnya daripada Rasulullah SAW dalam satu majlis ilmu di Masjid Nabi siang tadi terlintas dibenaknya. Rasulullah berpesan: "Barangsiapa meninggalkan yang haram, dia akan mendapat yang halal." Mengingatkan kata-kata itu, dia tidak jadi untuk mengambil makanan tadi. Dia hendak segera beredar, tetapi ada godaan lain pula. Telah terlihat olehnya barang kemas. Kalau dia ambil, tentu tidak ada siapa tahu. Segera barang kemas itu digenggamnya. Namun sekali lagi niat jahatnya dimatikan. Teringat lagi dia kepada pesan Rasulullah SAW: "Tinggalkan yang> haram, dapat yang halal." Diletak kembali barang yang berharga itu. Haram mengambil barang milik orang lain. Namun sebelum dia beredar, datang lagi satu godaan yang lebih besar. Dadanya berdebar kencang apabila melihat seorang wanita cantik sedang lena tidur di kamar peraduannya. Pintu kamar itu di langkah masuk. Wanita itu dirapatinya. Tangannya menggeletar, peluh memercik membasahi tubuh. Nafsu membisikkan kata-kata indah untuknya. Berlaku perebutan nafsu dan bisikan kata-kata Rasulullah SAW: "Tinggalkan yang haram, akan dapat yang halal." Akhirnya dia beristighfar dan perlahan-lahan beredar. Berkat pesanan Rasulullah SAW yang melekat di sanubarinya, dia berjaya mematahkan keinginan nafsunya. Kelegaan yang amat sangat terasa di hatinya apabila keluar dari rumah wanita tadi dan kemudian memijakkan kaki di Masjid Nabi. Kerana berjaya dalam peperangan sengit mengalahkan hawa nafsu yang mengajak kepada yang haram, dia diberi ketenangan yang luar biasa oleh Allah SWT. Seketika kemudian, subuh tiba. Selepas solat subuh berjemaah, lelaki itu merebahkan diri di masjid kerana terlalu mengantuk akibat berjaga semalaman. Apabila matahari telah meninggi, seorang wanita datang bertemu dengan Rasulullah SAW di masjid. Dia mengadu rumahnya dimasuki orang. Dia takut diganggu lagi, lalu memohon mendapatkan seorang pengawal yang dapat menjaga harta bendanya. Setelah ditanya, rupanya si wanita itu seorang janda. Baginda memandang sekeliling kalau-kalau ada orang yang dapat menjaga wanita itu. Melihat lelaki yang sedang lena di suatu sudut masjid, baginda menemuinya. Ditanyakan siapakah gerangannya dan adakah dia telah beristeri. "Saya seorang duda." jawab lelaki itu yang hidupnya kurang terurus selepas kematian isterinya. Baginda bertanya apakah kedua-dua janda dan duda itu bersetuju untuk dijodohkan. Mereka berdua tersipu malu. Kerana terharu dengan pilihan Rasulullah SAW dan teringat perbuatannya malam tadi, lelaki itu tidak dapat menahan diri daripada menangis lalu menceritakan apa yang sebenarnya berlaku di rumah wanita tersebut. Lalu dia bertaubat. Akhirnya Rasulullah SAW berkenan menikahkan lelaki dan wanita itu dengan disaksikan oleh para Sahabat. Demikianlah berkat meninggalkan yang haram, dia mendapat yang halal sebagai gantinya. Kini, wanita cantik itu dan segala di dalam rumah itu menjadi halal baginya. Wallahu'alam. .

18.55 by Kojinatul asror · 0

7 Perawi hadis terbanyak


Tujuh Perawi Hadis Terbanyak Ada tujuh sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam (SAW) yang meriwayatkan lebih dari 1.000 hadis semasa hidupnya Mereka tercatat sebagai sahabat-sahabat Rasul SAW yang terbanyak meriwayatkan hadis. Ketujuh sahabat tersebut adalah Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu (Ra), Abdullah bin Abbas Ra, Abu Hurairah Ra, Anas bin Malik Ra, Jabir bin Abdullah Ra, Said Al Khudri Ra, dan Sitti Aisyah Ra. Berikut adalah uraian singkat mengenai ketujuh sahabat Rasulullah Saw tersebut: Abdullah bin Umar Ra Ia adalah putra Umar bin Khathab Ra dan saudara kandung Hafshah Ra, isteri Rasul Saw. Tercatat, Abdullah Ra telah meriwayatkan sebanyak 2.630 hadis (jumlah kedua terbanyak setelah Abu Hurairah Ra). Abdullah sangat setia mengikuti Rasul Saw. Jika Rasul Saw menunaikan shalat, ia bermakmum di belakangnya. Jika Rasul Saw berdoa dengan berdiri maka Abdullah Ra ikut berdiri dan mengamininya. Bahkan ketika Rasul Saw turun dari unta betina setelah mengelilingi kota Mekah dan menunaikan sholat dua rakaat, Abdullah Ra pun ikut mengitari Mekah dan sholat dua rakaat sesudahnya, sebagaimana yang ia saksikan. Tak heran jika Ummul Mukminin, Aisyah Ra, berkata, ''Tidak seorang pun sahabat yang setara Ibnu Umar (Abdullah Ra) dalam mengikuti jejak Rasulullah (Saw).'' Abdullah Ra juga sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis. Ia tak mau meriwayatkan suatu hadis, kecuali yang benar-benar ia ingat huruf demi hurufnya. Selain itu, Ibnu Umar Ra selalu bangun untuk menunaikan shalat Tahajjut dan memohon ampun di waktu sahur seraya menangis. Setiap kali ia mendengar ayat-ayat tandzir (peringatan) dilantunkan, ia selalu mengeluarkan air mata sebagaimana ayahnya. Abdullah bin Abbas Pada usia tujuh tahun Abdullah Ra telah menempel pada Rasulullah Saw bagaikan alis dengan mata. Ia juga biasa dibonceng oleh Rasul Saw ketika berpergian, laksana orang dengan bayangannya. Abdullah Ra bercerita, ''Ketika Rasulullah (Saw) hendak shalat, beliau memberikan isyarat agar aku berdiam di belakangnya. Dan, setelah selesai shalat, beliau menatapku seraya bertanya, 'Mengapa engkau tidak berdiri di sampingku Abdullah (Ra)?' Aku menjawab, 'Karena engkau sangat mulia dalam pandanganku. Aku sangat keberatan berdiri di sampingmu.' Kemudian Rasulullah (Saw) mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, 'Ya Allah, karuniakanlah ilmu yang hak dan hikmah kepadanya,'.'' Doa tersebut ternyata dikabulkan. Putra Abbas bin Abdul Muthalib , pamanda Rasulullah Saw, ini menjadi sosok yang berilmu luas dan ahli fikih yang mendetil. Sepanjang hidupnya ia telah meriwayatkan sebanyak 1.660 hadis. Abu Hurairah Ra Nama aslinya Abdus Syamsi. Setelah masuk Islam saat Perang Khaibar, ia mengganti namanya menjadi Abdur Rahman As Shahri. Kemudian, oleh Rasulullah Saw, ia diberi gelar Hurairah, yang berarti ''Bapak kucing kecil.'' Nama ini diberikan setelah ia membawa seekor kucing kecil ke hadapan Rasul Saw. Kecintaannya kepada Rasulullah Saw luar biasa. Sejak memeluk Islam ia belum pernah berpisah dengan Rasul Saw kecuali saat tidur. Selama empat tahun ia berteman dengan Rasulullah Saw hingga wafatnya, ia selalu mengikuti ke mana Baginda pergi. Abu Hurairah Ra bukan tipe penulis. Tak seperti Abdullah bin Amru Ra (meriwayatkan 700 hadis) yang selalu menuliskan apa yang ia dengar dari Rasulullah Saw. Namun, Abu Hurairah Ra memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia pernah berkata, ''Tidak seorang pun dari sahabat-sahabat Rasulullah (Saw) yang menandingi aku dalam hal menghapal hadis kecuali Abdullah bin Amru (Ra). Sesungguhnya (perbedaannya adalah) ia menulis dan aku tidak.'' Tak heran bila Abu Hurairah Ra tercatat sebagai sahabat Rasul Saw yang terbanyak meriwayatkan hadis. Rasul Saw sendiri pernah berkata kepada Abu Hurairah Ra, ''Barang siapa yang merentangkan selendangnya hingga hadisku selesai, lalu ia melipatnya kembali, maka ia tak akan lupa pada apa saja yang ia dengar dariku.'' Setelah mendengar ini Abu Hurairah Ra langsung merentangkan selendangnya dan Rasulullah Saw mengutarakan hadis yang amat banyak, kemudian memeluk Abu Hurairah Ra. ''Demi Allah,'' kata Abu Hurairah, ''Setelah itu aku tidak pernah lupa pada apa yang aku dengar dari beliau.'' Anas bin Malik Ra Anas bin Malik Ra berada pada urutan ketiga terbanyak meriwayatkan hadis. Ia telah meriwayatkan sebanyak 2.286 hadis, setingkat di bawah Abdullah bin Umar Ra. Ayahnya bernama Malik bin Nadhir Ra yang nasabnya bersambung dengan Adi bin Najjar Ra. Saat Anas Ra berusia 10 tahun, ibunya menyerahkan Anas kepada Rasulullah Saw untuk menjadi pelayan beliau. Rasulullah Saw memanggil Anas dengan sebutan Dzal Udunaini, yang artinya ''yang punya dua telinga.'' Anas Ra tak mengikuti perang Badar, karena usianya saat itu masih sangat muda. Namun di perang-perang lain, Anas Ra selalu tampil berani. Tatkala Abu Bakar Ra bermusyawarah untuk mempergunakan tenaga Anas Ra,Umar Ra sangat memuji usul tersebut dan berkata, ''Anas (Ra) adalah seorang pemuda yang pandai menulis dan terkenal pula ketakwaannya, karena ia lama bersahabat dengan Rasulullah (Saw).'' Ibnu Sirin berkata, ''Anas (Ra) adalah orang yang paling baik dalam melaksanakan shalat, di rumah atau di perjalanan.'' Sedang Abu Hurairah Ra berkata, ''Saya belum pernah berjumpa dengan orang yang seperti Ibnu Sulaim (Anas Ra) dalam melaksanakan shalat.'' Jabir bin Abdullah Ra Setiap orang yang berjumpa dengannya, banyak menimba ilmu darinya. Di Masjid Nabi di Madinah, ia memiliki ‘halaqah’, tempat orang-orang menuntut ilmu dan bertakwa. Jabir bin Abdullah Ra pernah mengikuti peristiwa bersejarah bersama ayahnya dalam baiat Aqabah. Ia juga berjihad menyertai Rasulullah Saw dalam banyak peperangan, kecuali Perang Badar dan Perang Uhud. Di kedua perang ini, ayahnya, Abdullah bin Amru, mencegahnya untuk ikut. Setelah sang ayah wafat pada Perang Uhud, Jabir Ra tak pernah lagi absen menyertai Rasulullah Saw di medan jihad. Dan, selama berada di sisi Rasul Saw, Jabir telah mampu meriwayatkan 1.540 hadis. Said Al Khudri Ra Nama aslinya Saad bin Malik bin Sanan. Namun ia lebih dikenal dengan julukan Abu Said al Hudri. Ia adalah salah seorang sahabat yang dibaiat oleh Rasulullah untuk berpegang pada tali Allah dengan meninggalkan hal-hal yang tercela. Bersamanya dibaiat juga Abu Dzar Al-Ghifari, Sahal bin Saad, Ubbadah bin Shamit, dan Muhammad bin Maslamah. Dan, Abu Said tampil dalam perang Bani Musthalik, perang Khandak, dan perang sesudahnya sebanyak 12 kali. Abu Said telah meriwayatkan 1.170 hadis. Kepada orang yang bertanya untuk menulis hadis darinya, ia berkata, ''Jangan ditulis hadis, tapi hapalkanlah sebagaimana kami menghapalkannya.” Sitti Aisyah Ra Ia lahir di Mekah empat tahun sesudah kenabian Muhammad Saw. Ia adalah putri Abu Bakar Ra dan Ummi Ruman, dan isteri Rasul Saw, setelah wafatnya Khadijah Ra. Ia memeluk Islam selagi masih kecil, bersama delapan orang yang lain. Siti Aisyah adalah gadis yang cerdas dan pandai berbahasa. Ia juga menguasai ilmu kesehatan dan ilmu nasab. Seorang sahabat bernama Zuhri pernah berkata, ''Seandainya ilmu Siti Aisyah dibandingkan dengan semua ilmu isteri-isteri Nabi (Saw), dan semua wanita Arab, niscaya ilmu Siti Aisyah-lah yang lebih utama.'' Sahabat yang lain, Anwar, berkata, ''Saya belum pernah melihat orang yang lebih pandai dari Aisyah tentang ilmu kesehatan, syair, dan ilmu fikih.'' Rasulullah Saw begitu sayang kepada Aisyah Ra. Pada suatu kesempatan Rasul Saw berkata kepada Aisyah Ra, ''Rasa cintaku kepadamu ya Aisyah, seperti Al Urwatul Wutsqa (pegangan yang kuat).'' Di kesempatan lain, seorang sahabat bernama Amru bin Ash bertanya kepada Rasulullah Saw tentang siapa yang paling beliau cintai. Beliau menjawab, ''Yang pertama adalah Aisyah, kemudian Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan sahabat-sahabat yang lain.'' Semasa hidupnya, Siti Aisyah telah meriwayatkan sejumlah 2.210 hadis. Keunggulan Siti Aisyah dalam meriwayatkan hadis, kadang-kadang ia bisa meng-istimbatkan (mengkonklusikan) beberapa masalah. Ia kerap berijtihad sendiri lalu diikuti oleh para sahabat yang lain. hidcom/www.syababhidayatullah.or.id

18.51 by Kojinatul asror · 0

halal bi halal


الحلال با لحلال Oleh: Khozin. As, STh.I علماءنا, اعزاءنا, فضلاءنا, اخواننا واحباءنا الذين نحترمين اجمعين.... جعلنا واياكم من العاءدين والفاءزين, تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم, كل عام انتم بخير...امين. Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya F. Bari juz 2 hal 446 riwayatkan dari Zubair bin Nufair, “ Para sahabat Nabi SAW bila bertemu dihari raya selalu berkata sebagian yang lain pada yang lainnya : تقبل الله منا ومنكم Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni juz 2 hal 259 menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata “ Aku pernah bersama Abu Umamah Al-Bahili dan selainya dari kalangan sahabat Nabi SAW, Mereka bila kembali dari salat ied berkata sebagian kepada sebagian yang lain “تقبل الله منا ومنك “ Beberapa sahabat menambah صيامنا وصيامكم " ", jadi ucapan tersebut bukan dari Rasul SAW, tetapi dari kalangan sahabat. Sedang ungkapan ” من العاءدين والفاءزين”bukan dari sunah Nabi, tetapi hanya dari urfi tradisi masyarakat. Secara jelasnya kata ” من العاءدين والفاءزين” dan jugaحلال بحلال tidak ditemukan dalam kultur Arab, karena bahasa tersebut merupakan bahasa interferensi atau ( لغة الوسطى)sebagaimana ungkapan انت, وجود وجود فقط atau جاء جاء قال , sementara yang ditemukan dari orang Arab adalah ungkapan, كل عام و انتم بخير dan تقبل الله منا ومنكم. Ahli sejarah mennyatakan bahwa halal bi halal adalah salah satu tradisi yang berk embang di Indonesia, artinya hal tersebut tidak berkembang di Negara-negara muslim lainnya. Kata halal bi halal disinyalir berasal dari bahasa Al-Quran surat Al-Maidah ayat 45, tetapi pada ayat tersebut berlangsung pada masalah Qishos. Ayatyang dimaksud adalah: وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ Dalam sejarah kata halal bihalal pernah digunakan oleh penduduk kampung Hams dan penduduk Ahli Yaman: "اليوم يبدو بعضه اوكله ومابدا منه فلا احله" Ungkapan resebut digunakan diperbolehkannya mereka melaksanakan thawaf bersentuhan antara laki-laki dan perempuan dengan dilkukan secara telanjang, sambil menutupi sebatas kemaluannya. Hal itu diperbolehkan sebatas tidak melakukan persetubuhan.

18.49 by Kojinatul asror · 0

silahturrahim dan reoni pagak()


Pagak Ingkang jelas ingkang kedah wonten dateng penggaleh kito sedoyo inggih puniko raos sukur wonten ngersane Alla SWT. Terlepas ningali kawontenan kito, rupa, bentuk, tingkah, nasib lan nasab.Kito dipun wujudake rupo manungso puniko sampun minangkani nikmat ingkang agung sanget. Sahingngo kito saget lelakon sartane manungso, saget diperlakukan lumrahe manungso. Allah sampun ndangu dateng kito sedoyo wonten surat Yasin : ” وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (22)”, keno opo aku ra nyembah dateng Dzat ingkang sampun dadosake aku, lan mung dateng dzat (ingkang dadosake aku), aku dibaleake kabeh”. قيل: أضاف الفطرة إلى نفسه والرجوع إليهم، لأن الفطرة أثر النعمة، وكانت عليه أظهر، وفي الرجوع معنى الزجر وكان بهم أليق. (الكتاب : معالم التنزيل, المؤلف : محيي السنة ، أبو محمد الحسين بن مسعود البغوي [ المتوفى 516 هـ ]) Hadirin ingkang minulyo… Estune nopo boten saget Allah busek wujud kito sahinggo kito boten maleh rupo manungso?? Oo..tamtu puniko perkawis ingkang gampil turapipun Allah. Kito dipun tantang dening Allah: وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ (66) وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلَا يَرْجِعُونَ (67) Dan jika kami menghendaki, pastilah lami hapus penglihatan mata mereka, sehingga mereka berlomba-lamba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat(66).Dan jika kami menghendaki, pastilah kami ubah bentuk mereka ditempat mereka berada, sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup berjalan lagi.(67) قوله عز وجل: { وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ } [أي: أذهبنا أعينهم] (3) الظاهرة بحيث لا يبدو لها جفن ولا شق، وهو معنى الطمس كما قال الله عز وجل: "ولو شاء الله لذهب بسمعهم وأبصارهم"( البقرة -20 ) يقول: كما أعمينا قلوبهم لو شئنا أعمينا أبصارهم الظاهرة { فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ } فتبادروا إلى الطريق { فَأَنَّى يُبْصِرُونَ } فكيف يبصرون [وقد أعمينا أعينهم؟ يعني: لو نشاء لأضللناهم عن الهدى، وتركناهم عميا يترددون، فكيف يبصرون] (4) الطريق حينئذ؟ هذا قول الحسن والسدي، وقال ابن عباس، وقتادة، ومقاتل، وعطاء: معناه لو نشاء لفقأنا أعين ضلالتهم فأعميناهم عن غيهم، وحولنا أبصارهم من الضلالة إلى الهدى فأبصروا رشدهم { فَأَنَّى يُبْصِرُونَ } ولم أفعل ذلك بهم؟ { وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ } يعني: مكانهم: يريد: لو نشاء لجعلناهم قردة وخنازير في منازلهم، وقيل: لو نشاء لجعلناهم حجارة، وهم قعود في منازلهم لا أرواح لهم. { فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلا يَرْجِعُونَ } إلى ما كانوا عليه، وقيل: لا يقدرون على ذهاب ولا رجوع. Dereng maleh lamuno ati ingkang dipun paringake puniko estu-estu keselehan iman. Kranten iman puniko bilih kito estu-estu nyumerapi regine, tamtu langkung layak dipun sukuri. Abdul Wahid bin zaid nyriosaken kisoh perihal ingkang sampun dipun alami, piambae dawuh: "مررت في بعض الجبال بشيخ اعمي مقطوع اليد ين والرجل, ضربه الفالج يصرع في كل وقت, و الزنابر تنهش من لحمه والدود يتناثرمن جنبيه, وهو يقول :" الحمدلله الذي عافاني مما ابتلي به كثيرا من خلقه" Nuli aku (Abdul Wahid) nyobi langkung marek, nuli matur: يا اخي اي شيء عافاك الله منه, والله مااجد جميع البلايا الا مخيطة بك Kasunyatanipun Syeh kalo wahu duko dateng Abd. Wahid, selajeng nyuwanten ” يا بطال اليك عني فانه عافاني اذاطلق لي لسانا يوحده وقلبا يعرفه وفي كل لخظة يذكره Mulo tumrap ipun ingkang gadah iman, sak tibo palange bade rumongso sekeco, laden-ladenanipun gampil . Kranten wong ingkang iman puniko tiang engkang gadah arep (harapan)dateng Allah. Pramilo lamuno diparingi punopo-punopo ,mbuh rupane, seng penting ditompo nuli disyukuri seng terakir kedah ikhlas. Diparingi awak mengkene, …mengkene…mengkene…seng penting tompo dikek…artose kedah ridlo dateng pandume Gusti. Mulo dateng kitab Laa Tahzan , karya syeh Aidl Al-Qarany dipun dawuhake: إن كنت تريدُ السعادةُ فارضَ بصورتِك التي ركبَّك اللهُ فيها Dipun tampi kanti legowo sedanten punopo ingkang sampun diparengake sakeng Allah, milahi nrimo perkarane awae, bapake, ibue, batihe lan dulur-dulure. Termasuk acara reoni, acara halal bi halal puniko saget terwujud lamuno siji lan sijine sagat nrimo… Tamtu dalam sebuah ikatan wonten macem-macemipun. Wonten ingkang sugih lan mlarat, ganteng lan elek, putih lan ireng, wonten seng duwur lan cendek. Dipun tompo, ancene iku iseh bateh. Seng sugih saget nampi seng mlarat, semanten ugi sak wangsule. Seng ganteng nompo seng elek, semanten ugi sak wangsule. Seng putih nompo seng ireng, semanten ugi sak wangsule. Seng duwur nompo seng cendek, semanten ugi sakwangsule. Saget nampi bileh panjenengan sedanten iseh dzuriah kelian penjenenganipun Bpk. Imam Ma’sum. Kenali bilih Bpk Ma’sum puniko mbah sampean! Ngertio bilih pean putune mbah Ma’sum. Niki kadose ungkapane gampel, tapi umpami digali saking gramatika Arab, mongko bede manggihi makna ingkang mendalam. Wonten Nadzom Jauharul Maknun dipun aturake: ”وكونه بعلم ليخصلا # بذهن سامع بشخص اولا” " تبرك تلذذ عناية # اجلال اواهانة كناية " “عناية اي اعتناء بشاءنه, اما لترغيب او تحذير او تنبيه اعتناء بشاءنه نحو: زيد صديقك فلاتهمله لترغيب نحو : زيد مخادع فلا تركن Umpami ungkapan:” " زيد ابوكKalimat niki mboten kandek kapureh nyumerapi bilih Zaid iku bapakmu, ananging luwih nekanake lamuno sapean dodos putrane Zaid, opa kewajibane anak tumrap tiang sepah, niki kedah ngertos. Kewajiban naliko takseh gesange maupun sak sampune sedane. Saksampunipun Bpk. Imam Ma’sum sedo,wonten pinten-pinten perkawis kanggo bungahake piambae wonten alam kubur. Kados masalah ingkang dipun aturake salah setungalipu sahabat Nabi: ، عَنْ أَبِي أَسِيدٍ السَّاعِدِيِّ ، قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَاعِدَةَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ أَبَوَيَّ قَدْ هَلَكَا ، فَهَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّهِمَا شَيْءٌ أَصِلُهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا ؟ قَالَ : نَعَمْ ، بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ : الصَّلاةُ عَلَيْهِمَا ، وَالاسْتِغْفَارُ لَهُمَا ، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا ، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ، وَصِلَةُ رَحِمِهِمَا الَّتِي لا رَحِمَ لَكَ إِلاَّ مِنْ قِبَلِهِمَا Dipun riwayatkan saking Abi Usaid, Beliau dawuh, (salah setunggalipun dinten) wonten setunggalipun piantun saking kampung Saidah sowan dateng kanjeng Nabi, Piambae tanglet “ Hai Rasulullah, tiang sepah kalih kulo sampun tilar dunyo. Onotoh takseh wonten perkawis ingkang kanggo bekti tumrap kulo kagem kekalihipun, Ingkang kulo tetep saget nyambung dateng kekelihipun? Rasulullah mangsuli “ Yo,Iseh ono” Ono patang perkaro. (yoiku):1. Nyolati lan nyuwunake ngapuro,2. nerusake ujar-ujar janjine saksampun sedanipun,3.mulyaake koncone,4. (nglaksanaake) silahturrahim ingkang sampun disambung kalian kekalihipun. Hadirin ingkang minulyo… Tiang ingkang sampun sedo saking batih kito bade legowo ningali anak putune sami rukun. Mulo Al-Faqih Abu Laits Al-Samarqan menyitir sebuah keterangan perihal kautamaanipun silahturrahim. Wonten ing antarane wonten 10 perkawis: Angsal ridlane Allah, Idkhalu al-surur, Para malaikat sami bungah-bungah, Husnu Tsanak, Nusahake Iblis, Tambahake Umur, Nambahake Rizqi, Ingkang berikutipun…. ".....والثا من سرور الاموات لاان الاباء والاجداد يسرون بصلة الرحم ولقربة....." Ati-ati kemawon dateng ancamane gusti Allah lamuno boten saget nompo!! Berartos dawah dateng pemutusan tali silahturrahim…ancamanipun berat!!! Dawuhipun Allah SWT.: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (23) أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوب أَقْفَالُهَا(24) Maka, apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan (22) Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pedengaranya) dan dibutakan penglihatannya(23) Maka tidaklah mereka menghayati Al-Qur’an, ataukah hati mereka sudah terkunci. قال الحسن البصري رحمه الله تعالي" اذا اظهرالناس العلم وضيعوا العمل وتحابوا بالاسن وتباغضوا بالقلوب وتقاطعوا بالارحام فاصمهم واعمي ابصارهم (ذرة ص: 48) Al-Hasan Bashri sampun dawuh :” 1. Lamuno manungso sampun ngetok-ngetokno ilmune (ananging) niak-niakake amale,2. Asih-asihan nanging sebatas lisane (sementara atine bendon-bendonan).3. Wes podo saling mutus silahturrahi, mongko Allah bade budekake kupinge ( angel nompo kebecian), Allah arep mutaake peningale (angel damel iktibar)” عَنْ أَبِي بَكْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُهُ لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ. Dipun riwayatake saking Abi Bakrah, Piambae dawuh: Rasulullah dawuh: boten wonten doso seng luweh age-age dosone (enggal dopun tibaake) wonten dunyo kanggo tiang ingkang nglampahi sarto iseh tetep diparingi pinwales dateng akhirate katimbang penggawe lacut lan mutus (hubungan) sanak raket.

18.46 by Kojinatul asror · 0

Senin, 12 November 2012

Sejarah tahun baru Islam





1. Sejarah Tahun Baru Islam

Penggunaan sistem perhitungan Islam belum dilakukan di masa Rasulullah SAW masih hidup. Juga tidak dilakukan di masa khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Secara singkat sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun Islam bermula sejak kejadian di masa Umar bin Al-Khattab ra. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma
untuk menjadikan momentum tahun di mana terjadi peristiwa hijrah nabi sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.

Sedangkan sistem kalender qamariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Zulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian.

Sehingga yang dijadikan titik acuan hanyalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrah Nabi SAW. Bukan bulan dimana peristiwa hijrahnya terjadi. Sebab menurut riwayat, beliau dan Abu Bakar hijrah ke Madinah pada bulan Sya
ban, atau bulan Rabiul Awwal menurut pendapat yang lain, tapi yang pasti bukan di bulan Muharram. Namun bulan pertama dalam kalender Islam tetap bulan Muharram.

Penting untuk dicatat disini adalah pilihan para shahabat menjadikan peristiwa hijrah nabi sebagai titik tolak awal perhitungan kalender Islam. Mengapa bukan berdasarkan tahun kelahiran Nabi SAW? Mengapa bukan berdasarkan tahun beliau diangkat menjadi Nabi? Mengapa bukan berdasarkan tahun Al-Qur
an turun pertama kali? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya perang Badar? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya pembebasan kota Mekkah? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya haji Wada (perpisahan) dan mengapa bukan berdasarkan tahun meninggalnya Rasulullah SAW?

Jawabannya adalah karena peristiwa hijrah itu menjadi momentum di mana umat Islam secara resmi menjadi sebuah badan hukum yang berdaulat, diakui keberadaannya secara hukum international. Sejak peristiwa hijrah itulah umat Islam punya sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan punya jati diri sebagai sebuah negara yang berdaulat. Sejak itu hukum Islam tegak dan legitimate, bukan aturan liar tanpa dasar hukum. Dan sejak itulah hukum qishash dan hudud seperti memotong tangan pencuri, merajam/mencambuk pezina, menyalib pembuat huru-hara dan sebagainya mulai berlaku. Dan sejak itulah umat Islam bisa duduk sejajar dengan negara/kerajaan lain dalam percaturan dunia international.

Kondisi itu terus berlangsung hingga umat Islam melewati masa-masa yang panjang setelah wafatnya beliau, masa khualfaurrasyidin, masa khilafah Bani Umayyah Bani Abbasiyah dan masa khilafah Bani Utsmani. Wilayahnya membentang dari Maroko hingga Marauke di mana separuh bulatan muka bumi menjadi sebuah negeri yang satu, daulah Islamiyah.

Hingga kemudian semua itu berakhir pada abad 20 Masehi (abad 14 hijriyah) dengan ditumbangkannya khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924 oleh Musthapa Kemal Ataturk. Seorang pemimpin boneka yang bekerja di bawah perintah zionis yahudi dan konspirasi jahat international. Seiring dengan tumbangnya khilafah Islamiyah terakir, umat Islam yang berjumlah 1,5 milyar di muka bumi ini tidak lagi punya satu pemimpin, tidak punya badan hukum dan tidak punya khilafah. Semua hidup di bawah tekanan pemerintahan boneka masing-masing yang kecil, lemah, miskin, tertekan dan tertindas di bawah hegemoni mantan penjajahnya.

Bersamaan dengan itu, isi perut bumi mereka serta kekayaan alam lainnya dikuras habis oleh para musuhnya tanpa setitik pun perlawanan yang berarti. Hukum dan undang-undang yang berlaku tidak lain adalah produk sampah para penjajah. Kurikulum pendidikannya telah melahirkan anak-anak generasi yang mising link serta jauh dari atmosfir Islam.

Semua ini adalah tantangan berat yang harus dilalui oleh kita yang hidup di masa sekarang ini. Dan sejak meninggalkan tahun 1400 hijryah, sudah dicanangkan oleh Rabithah Alam Islami bahwa abad ke-15 hijriyah adalah abad kebangkitan Islam. Masuk tahun baru ini, kita sudah melewati kuartal pertama dari abad 15 hijriyah. Sudahkah tanda-tanda kebangkitan itu nampak? Kita bisa menilainya masing-masing.

2. Hukum Memeriahkan Datangnya Tahun Baru Islam

Secara fiqih Islami, tidak ada perintah secara khusus dari Rasulullah SAW untuk melakukan perayaan penyambutan tahun baru secara ritual. Bukankah penetapan sistem kalender Islam baru saja dilakukan di masa khalifah Umar bin Al-Khattab r.a.? Selain itu memang kami tidak mendapati nash yang sharih tentang ritual khusus penyambutan tahun baru, apalagi dengan i
tikaf, shalat qiyamullail atau zikir-zikir tertentu. Kalau pun ada, hadits-haditsnya sangat lemah bahkan sampai kepada derajat maudhu dan mungkar hadits.

Namun bukan berarti kegiatan penyambutan tahun baru itu menjadi terlarang dilakukan. Sebab selama tidak ada nash yang mengharamkan secara langsung dan kegiatan itu tidak terkait langsung dengan ibadah ritual yang diada-adakan, hukumnya hala-halal saja. Terutama bila kegiatan itu memang punya manfaat besar baik secara dakwah Islam maupun syiarnya. Yang penting jangan sampai menimbulkan salah interpretasi bahwa tiap malam satu Muharram disunnahkan qiyamullail atau beribadah ritual secara khusus di masjid. Sebab hal itu akan menimbulkan kerancuan dan bid
ah tersendiri yang harus diantisipasi.

3. Lebaran Anak Yatim?

Tentang lebaran anak yatim, mengapa sampai diidentikkan dengan bulan Muharram, karena ada anjuran untuk
mengusap kepada anak yatim pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari Asyura. Mengusap kepada anak yatim adalah bahasa ungkapan untuk memberikan santunan dan bantuan kepada mereka.

Anjuran ini memang sangat masyhur dikenal di sebagian masyarakat dan merupakan salah satu diantara amaliyah lainnya seperti puasa, shalat, silaturrahim, menjenguk orang sakit, memakai celak mata, mandi, meluaskan belanja, menziarahi orang alim dan lainnya. Sebagaimana dituliskan dalam kitab I
anatut- Thalibin tentang anjuran amaliyah pada 10 Muharram.

Namun bila dillihat dari dasar pensyariatannya, para ulama hadits umumnya berpendapat bahwa hanya puasa saja yang punya landasan yang kuat dengan hadits-hadits shahih. Yang juga punya dalil adalah meluaskan belanja. Sedangkan selebihnya hanya didukung oleh hadits-hadits dhaif bahkan sebagiannya maudhu
dan mungkar. Sehingga tidak bisa diterima pensyariatannya oleh sebagian ulama. Lebih detail tentang hal ini, sudah kami bahas dalam kajian sebelumnya.



20.00 by Kojinatul asror · 0