Rabu, 05 Desember 2012

2. Takwa


2. Takwa من لم تعزه التقوى فلاعز له (شافعي) Barang siapa ketakwaannya tidak dapat menjadikan mulia padanya, maka tiada kemulyaan baginya. من اتقي الله اتقاه كل شيء # و لم يتق الله اتقي من كل شيء( الحديث او كما قال) Barang siapa bertakwa kepada Alla maka segala Sesutu akan takut/tuduk padanya, barang siapa tidak bertakwa pada Allah وذات الفتى والله بالعلم والتقى # اذا لم يكونا لا اعتبار لذاته (شافعي) Demi Allah…harga seseorang terletak pada ilmu dan ketakwaannya, tatkala keduanya telah tiada padanya, maka tiada harga baginya انفع الدخائر التقوى, واضرها العدوان ( شافعي) Lebih berguna harta simpanan adalah takwa, dan lebih berbahayanya adalah permusuhan. MOTIVASI Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS At Thalaq: 2-3) Apa yang kita takutkan dari setan? manusia terbiasa mendidik anaknya, “Awas ada setan !!” hingga anak tumbuh dewasa dengan takut kepada setan, bukan takut kepada Allah. Bila kita hanya takut kepada Tuhannya setan, maka setan akan mengecil seperti lalat. Dengan berdoa minta perlindungan kepada Allah dari setan, kemanapun kita tidak was-was, tidak gemetar bila sendiri dlm rumah, dst.. (Muhammad agung) Ibrahim al-Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Tuhan. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang pernah dialaminya. Katanya, "Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Mekah tanpa kenderaan dan kafilah. Pada suatu kali, tiba-tiba aku tersesat jalan dan kemudian aku berhadapan dengan seorang rahib Nasrani (Pendita Kristian)." Bila dia melihat aku dia pun berkata, "Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?" Ibrahim segera menjawab, "Ya, tidaklah aku akan menghalangi kehendakmu itu." Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga hari tanpa meminta makanan sehinggalah rahib itu menyatakan rasa laparnya kepadaku, katanya, "Tiadalah ingin aku memberitakan kepadamu bahawa aku telah menderita kelaparan. Kerana itu berilah aku sesuatu makanan yang ada padamu." Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun bermohon kepada Allah dengan berkata, "Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau memalukan aku di hadapan seteru engkau ini." Belum pun habis Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah setalam hidangan dari langit berisi dua keping roti, air minuman, daging masak dan tamar. Maka mereka pun makan dan minum bersama dengan seronok sekali. "Sesudah itu aku pun meneruskan perjalananku. Sesudah tiga hari tiada makanan dan minuman, maka di kala pagi, aku pun berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, berikanlah ke mari sesuatu makanan yang ada kamu. Rahib itu menghadap kepada Allah, tiba-tiba turun setalam hidangan dari langit seperti yang diturunkan kepadaku dulu." Sambung Ibrahim lagi, "Tatkala aku melihat yang demikian, maka aku pun berkata kepada rahib itu - Demi kemuliaan dan ketinggian Allah, tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku." Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka jatuhlah telekan makrifat (pengenalan) engkau kepadaku, lalu aku memeluk agama engkau. Sesungguhnya aku telah membuang-buang masa di dalam kesesatan dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepada-Nya. Dengan kemuliaan engkau, tiadalah dia memalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti ucapanmu (kalimah syahadah)." "Maka sukacitalah aku setelah mendengar jawapan rahib itu. Kemudian aku pun meneruskan perjalanan sehingga sampai ke Mekah yang mulia. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tiada kelihatan olehku, lalu aku mencarinya di masjidil haram, tiba-tiba aku mendapati dia sedang bersembahyang di sisi Kaabah." Setelah selesai rahib itu bersembahyang maka dia pun berkata, "Hai Ibrahim, sesungguhnya telah hampir perjumpaanku dengan Allah, maka peliharalah kamu akan persahabatan dan persaudaraanku denganmu." Sebaik saja dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafasnya yang terakhir iaitu pulang ke rahmatullah. Seterusnya Ibrahim menceritakan, "Maka aku berasa amat dukacita di atas pemergiannya itu. Aku segera menguruskan hal-hal pemandian, kapan dan pengebumiannya. Apabila malam aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan yang begitu cantik sekali tubuhnya dihiasi dengan pakaian sutera yang indah." Melihatkan itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau ini sahabat aku kelmarin, apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?" Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak, tetapi dimaafkan dan diampunkan-Nya semua itu kerana aku bersangka baik (zanku) kepada-Nya dan Dia menjadikan aku seolah-olah bersahabat dengan engkau di dunia dan berhampiran dengan engkau di akhirat." Begitulah persahabatan di antara dua orang yang berpengetahuan dan beragama itu akan memperolehi hasil yang baik dan memuaskan. Walaupun salah seorang dahulunya beragama lain, tetapi berkat keikhlasan dan kebaktian kepada Allah, maka dia ditarik kepada Islam dan mengalami ajaran-ajarannya. Tentang Berkah Sebuah Ketakwaan ________________________________________ Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasihati dia dan teman-temannya, “Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.” Maka, pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?” Sambil bergetar ibunya menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun, akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu dulu seorang pencuri!” Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami -murid-muridnya- untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.” Ibunya menyela, “Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?” Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab, “Ya, begitu kata guruku.” Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat Isya’ dan menunggu sampai semua orang tidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu di tinggalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya, “Ini rumah anak yatim, dan Allah memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim.” Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya. “Ha, di sini,” gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata, “Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.” Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri, “Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!” Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat. Isterinya bertanya, “Apa ini?” Dijawab suaminya, “Demi Allah, aku juga tidak tahu.” Lalu dia menghampiri pencuri itu, “Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?” Si pencuri berkata, “Shalat dulu, baru bicara. Ayo, pergilah berwudhu, lalu shalat bersama. Tuan rumahlah yang berhak jadi imam.” Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti kehendaknya. Tetapi –wallahu a’lam- bagaimana dia bisa shalat. Selesai shalat dia bertanya, “Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?” Dia menjawab, “Saya ini pencuri.” “Lalu apa yang kau perbuat dengan buku-buku catatanku itu?”, tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab, “Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak.” Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu keheranan. Lalu dia berkata, “Hai, ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?” Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan, serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata, “Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku.” Ia menjawab, “Aku setuju.” Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya. BEKAL Kekhalifahan Abbasiyah di abad 9, membentang dari Afrika Utara, sebagian Eropa sampai dengan wilayah Persia, dengan Baghdad sebagai ibu kotanya, menjadi negara yang paling maju saat itu. Dengan wilayah kurang lebih 11 juta kilometer persegi dan populasi sekitar 20 juta orang, pergerakan orang dari sana ke mari menjadi tidak terelakkan lagi. Untuk tujuan perdagangan, mencari ilmu, melakukan ziarah dan mencari rizki, orang-orang melakukan perjalanan ke seluruh penjuru bumi dan tentu saja mereka perlu untuk mempersiapkan perbekalan dalam perjalanan mereka yang panjang dan jauh itu. Orang biasa membawa barang berharga, dinar, dirham, emas, perak atau logam berharga lain sebagai bekal perjalanan mereka. Tapi karena faktor keamanan, kadang sulit untuk membawa barang-barang berharga itu ke mana-mana. Di samping berat, belum tentu barang yang dianggap berharga di satu tempat juga dihargai yang sama di tempat lain. Untuk membawa barang yang banyak, orang juga harus mempersiapkan kabilah dan petugas keamanan. Sementara perampok dan penjahat bisa saja mengincar harta perbekalan yang dibawa oleh rombongan/kabilah tadi dan menyebabkan perjalanan menjadi berbahaya dan kadang bisa mengorbankan harta dan nyawa. Di tengah kesulitan penjaminan keamanan itu, Khalifah Harun Al Rasyid yang terkenal pandai dan bijaksana, menerbitkan suatu sistem yang disebut sebagai sakk. Dengan menggunakan sakk, orang tidak lagi perlu membawa uang, dinar atau dirham ke mana-mana. Mereka cukup membawa surat berharga yang disebut sebagai sakk itu yang mempunyai nilai seharga sejumlah uang dan dapat ditukarkan di bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan yang dijamin pemerintah. Perjalanan menjadi jauh lebih aman dan lebih fleksibel. Kini, para pelancong tidak perlu mengantungi uang dinar atau dirham dalam jumlah lebih banyak dan tidak perlu banyak membawa pengawal/penjaga. Orang tinggal membawa sakk yang bisa ditukarkannya di negeri tujuan mereka. Di kemudian hari, sistem sakk ini semakin berkembang, dan saat ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai cheque. Sistem ini merupakan salah satu inovasi besar dalam peradaban besar yang bermanfaat bagi umat manusia sampai saat ini. Meskipun penggunaannya makin berkurang, sistem keuangan akan selalu berkembang dan menyesuaikan peradaban manusia yang memungkinkan hidup menjadi semakin mudah, semakin nyaman dan semakin baik. Untuk menempuh suatu perjalanan ke tempat yang jauh, kita perlu mempersiapkan perbekalan kita. Definisi perbekalan ini bisa bermacam-macam, dan berbeda tempat, berbeda pula yang perlu kita siapkan. Misalnya kita mau masuk ke hutan belantara, tentu saja uang sebanyak apapun kurang atau bahkan tidak banyak gunanya untuk bisa hidup di hutan. Yang perlu kita siapkan adalah ilmu survival, sehingga dengan peralatan sederhana kita bisa hidup dan survive. Perbekalan makanan yang banyak juga belum tentu bermanfaat, karena kita perlu listrik, perlu air bersih yang belum tentu bisa kita dapatkan di hutan. Orang kadang membawa bekal sebanyak-banyaknya dengan asumsi bahwa di tempat tujuan nanti tidak terdapat apa yang mereka butuhkan. Cara ini mungkin bagus tapi kadang tidak efektif dan memberatkan atau menyusahkan diri kita saja, apalagi jika ternyata barang yang kita butuhkan juga ada di tempat tujuan. Dengan kondisi dunia yang semakin terbuka dan terkoneksi, kita bisa punya akses informasi mengenai tempat tujuan kita dan mencari informasi mengenai apa yang perlu kita bawa dan kita butuhkan di tempat tujuan tersebut. Intinya adalah mempunyai ilmu dan informasi yang cukup, agar kita tidak salah membawa perbekalan, jangan sampai kita membawa barang yang tidak perlu atau sebaliknya, kita tidak membawa barang yang sebenarnya diperlukan untuk kita sampai di tempat tujuan nanti. BERTINDAKLAH! Kehidupan ini bagaikan perjalanan yang panjang yang butuh persiapan dan perbekalan. Untuk menjalani kehidupan di dunia kita perlu ilmu, dan untuk menjalani kehidupan di akhirat kita juga perlu ilmu juga. Maka perbekalan yang terbaik buat kita adalah bekal takwa. Karena dengan bertakwa kita bisa mencari ilmu dan mencari bekal yang cukup untuk kehidupan kita di dunia dan di akhirat

0 Responses to “2. Takwa”

Posting Komentar