Rabu, 05 Desember 2012

26. Larangan Menghina


26. Larangan Menghina لاتحتقر من دونك فلكل شيء مزية Jangan menghina pada orang dibawah kamu karena tiap-tiap sesuatu memiliki kelebihan. لا تحتقر كيد الحقيرربما عرضة تهدم بيت الكبير Jangan meremehkan usaha yang remeh karena terkadang rayab bisa merobohkan rumah yang besar. عظموا أقداركم بالتغافل (جعفر بن محمد الصادق) Perbesar derajadmu dengan berusaha melupakan kekurangan orang lain. لا تحتقر مسكينا وكن معينا Janganlah menghina orang yang miskin (akan) tetapi jadilah (sebagai) penolongnya MOTIVASI DIANTARA KISAH KESABARAN RASULULLAH SAW Bukan hanya sekali saja Nabi dihina. Bahkan ada seorang wanita tua yang berani mencerca Nabi. Setiap kali Nabi melintas muka rumahnya, kala itu pula si wanita meludahkan air liurnya, “cuh,cuh,cuh.” Peristiwa itu berulangkali terjadi, bahkan hampir setiap hari. Suatu kali, ketika Nabi lewat di depan rumahnya, si wanita tadi tak lagi meludahinya. Bahkan, batang hidungnya saja tak kelihatan pula. Nabi pun menjadi “kangen” akan air ludah si wanita tadi. Karena penasaran, Nabi lantas bertanya kepada seseorang, “Wahai Fulan, tahukah engkau, dimanakah wanita pemilik rumah ini, yang setiap kali aku lewat selalu meludahiku?” Orang yang ditanya menjadi heran, kenapa Nabi justru menanyakan, penasaran, dan tak sebaliknya merasa kegirangan. Namun, si Fulan tak ambil peduli, oleh karenanya ia segera menjawab pertanyaan Nabi, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa si wanita yang biasa melidahimu sudah beberapa hari terbaring sakit?” Mendengar jawaban itu Nabi mengangguk-angguk, lantas melanjutkan perjalanan untuk ibadah di depan Ka’bah, bermunajat kepada Allah Pemberi Rahmah. Sekembalinya dari ibadah, Nabi mampir menjenguk wanita peludah. Ketika tahu, bahwa Nabi, orang yang tiap hari dia ludahi, justru menjenguknya, si wanita menangis dalam hati. “Duhai betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjenguk kemari.” Dengan menitikan air mata haru bahagia, si wanita bertanya, “Wahai Muhammad, kenapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?” Nabi menjawab, “Aku yakin, engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan lagi melakukannya.” Mendengar ucapan bijak dari amnusia utusan Allah swt ini, si wanita menangis dalam hati. Dadanya sesak, tenggorokannya serasa tersekat. Lantas, setelah mengatur nafas akhirnya ia dapat bicara lepas, “Wahai Muhammad mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu.” Lantas si wanita mengikrarkan dua kalimat syahadat. KATA-KATA BIJAK Setiap orang memerlukan dorongan dan pujian untuk tumbuh. Jangan cepat mencela. Ingat, kamu dapat mengkritik tanpa harus mencela!

0 Responses to “26. Larangan Menghina”

Posting Komentar